Rabu, 07 Mei 2014

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr.wb
                                                                          
Puji  syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin dan  kuasaNyalah kita masih diberi kesempatan, kekuatan lahir  batin sehingga kita  dapat menjalankan aktivitas sebagaimana mestinya. Tugas makalah yang kami buat ini dengan judul ”bahaya kerja ergonomi”merupakan salah satu persyaratan dan  tanggung jawab kami selaku mahasiswa yang masih menuntut ilmu pengetahuan  di salah satu perguruan tinggi.   
 Kami selaku penyusun untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara langsung dalam penyusunan makalah  ini, Insya Allah dengan tersusunnya makalah ini dapat  berguna dan bermanfaat  bagi kita semua dalam kemajuan dan pengembangan daerah kita yang  tercinta.
 Amin....
Wassalamu’alaikum  Wr.  Wb.


Limboto, 1 januari 2013
Penyusun


KELOMPOK II
 
 
,









DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I pendahuluan
BAB II pembahasan
-          Antropometri
-          Pengukuran dimensi tubuh
-          Metode aplikasi data dimensi statis antro[pometrik
-          Dimensi statis antropometri dan aplikasinya
-          Alat ukur dan motode pelaporan data antropomertri
-          Aplikasi prinsip ergonomic ditempat kerja
-          Interaksi antara tempat kerja dan individu pekerja
-          Interaksi antara lingkungan termpat kerja dan individu pekerja
-          Interaksi antaraa tempat kerja dan individu pekerja
-          Interaksi antara jabatan dan individu pekerja
-          Keterangan criteria kemudahan
-          Keterangan criteria kemasan
-          Manual material handling
-          Anatomi dan patofisiologi cedera tulang belakang
-          Prioritas pengendalian manual material handling
-          Interaksi antara tugass kerja dan individu pekerja
-          Interaksi antara desain mesin dan idividu pekerja
-          Interaksi antara alat bantu/peralatan kerja dan individu pekerja
-          Penyakit musculoskeletal akibat kerja
BAB III penutup
-          Kesimpulan
-          Saran
DAFTAR PUSTAKA



BAB I

PENDAHULUAN
                                                                                                         
Ditinjau dari hasil katanya, ergonomic berarti bidang studi yang mempelajari tentang hukum-hukum pekerjaan (dalam bahasa yunani ,ergos=pekerjaan, nomos=hukum).
 Namun bila didefinisikan secara bebas, ergonomic adalah bidang studi multi disiplin yang mempelajari prinsip-prinsipdalam mendesain peralatan, mesin,proses, dan tempatkerja yang sesua idengan kemampuan dan keterbatasanmanusia yang mengunakannya. Ergonomic dilaksanakan dengan tujuanuntuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan, baik dalam hal mempernyaman pengunaan, mengurangi kesalahan, dan meningkatkan produktifitas. Dengan demikian akan menamba nilai-nilai kemanusiaan yang diinginkan, seperti meningkatkan keselamatan kerja ,mengurangi kelelahan /stress akibat pekerjaan, mengurangi cuti sakit akibat penyakit muskoloskeletal akibat kerja, meningkatkan kepuasan kerja, dan memperbaiki kualitas hidup.
           Ergonomic merupakan istilah yang biasa digunakan di Indonesia dan dikebanyakan Negara-negara eropa, tetapi di amerika serikat lebih dikenal dengan istilah human factor engineering/human engineering/engineering psychology . namun, umumnya kalangan medis lebih menyukai istilah ergonomic sebab istilah human factor engineering lebih beroriantasi pada ilmu pengetahuan teknik dan psikologi. Kedua istilah ini sering kali dianggap sinonim, karena keduannya mendeskripsikan interaksi antara pekerja dan tuntutan pekerjaan, yang bertujuan untuk mengurangi stress yang menguntungkan di tempat kerja. Akan tetapi, sesunggunya terdapat perbedaan dalam penekanan kedua istilah tersebut. Istilah ergonomic menitikberatkan pada “bagaimana kondisi kerja memengaruhi pekerjaan”. Pekerja akan mengalami perubahan fisiologi terhadap faktor-faktor fisik ditempat kerja, seperti panas,pencahayaan, bising, pekerjaan yang melibatkan psikomotor kompleks, dan lain-lain. Ergonomic bertujuan untuk mengurangi kelelehan (fatigue) atau  ketidaknyamanan (discomfort) dengan cara mendesain tugas/ alat bantu kerja sesuai dengan kapasitas kerja indifidu pekerja. Sebaliknya, istilah human faktor lebih menitipberatkan pada komleks hubungan manusia dengan mesin/ peralatannya, tempat kerja, dan lingkungan kejannya. Human faktor bertujuan untuk mengurangi kesalahan yang dilakukan individu pekerjaan dan kemampuan ralatif fisiknya(keterbatasan-keterbatasan) terhadap desain tempat kerja dan peralatannya.
           Sebai bidang studi multidisiplin, ergonomic mencakup berbagai aspek ilmu yang sangat luas. Pada dasarnya, ergonomic dapat dibagi menjadi 3 kelompok spesialisasi ilmu, yaitu:
1. ergonomi fisik, yang sangat meliputi sikap kerja, aktifitas mengangkat beban, gerakan repatitif, penyakit muskoluskeletal akibat kerja, tata letak tempat kerja, keselamatan dan kesehatan kerja.
2. ergonomic kognitif, yang meliputi beban mental akibat kerja, pengambilan keputusan, penampilan keterampilan kerja, interaksi manusia mesin, peralatan yang berhubungan dengan system perencanaa pekerjaan.
3. ergonomic organisasi, meliputi Komunikasi, manejemen sumber daya pekerja, perencanaa tugas, perencanaa waktu kerja, kerja sama tim kerja, perencanaa partisipasi kerja, ergonomic komunitas, paradikma kerja baru, pola kerja jarak baru, pola kerja jarak jauh dan menejemen kualitas kerja.
           Beberapa ilmu dasar mengenai tubuh manusia yang mempelajari bentuk-bentuk detail tubuh manusia, baik dalam istirahat maupun dalam keadaan bergerak, menjadi pondasi ilmu ergonomic. Jadi, ergonomic terdiri dari ilmu yang mempelajari bagian tubuh manusia dan interaksinnya dalam berbagai sikap tubuh (anatomi) serta ilmu tentang ukuran-ukuran tinggi, jangkauan, dan dimensi tubuh dalam berbagai sikap tubuh (antropometri). Di samping itu, ergonomic juga berhubungan dengan ilmu tentang ukuran- ukuran sikap tubuh pada saat bekerja untuk menelaah gaya- gaya pengungkit maupun arah gaya dan bebean dari suatu gerakan (biomekanika), serta ilmu yang mempelajari tentang tenaga yang dilepaskan, komsumsi oksigen, dan variable proses-proses tubuh lainnya(faal kerja/work physiology).












BAB II
PEMBAHASAN

ANTROPOMETRI
Antropometri adalah ilmu yang berhubungan dengan pengukuran dimensi dan karasteristik tubuh manusia lainnya seperti volume, pusat grativitas, dan masa segmen tubuh manusia. Ukuran-ukuran bagian tubuh manusia sangat bervariasi, tergantung pada:
1.      Umur
Dimensi- dimensi tubuh manusia terus bertanba sampai akhir usia batasan tahun setelah iti dimensi tubuh relative konstan dan menjelang masa geratri, dimensi tubuh akan berkurang lagi(stout, 1981).
2.      Jenis kelamin
Umumnya dimensi-dimensi tubuh laki-laki lebih besar dari pada wanita, kecuali untuk dimensi lebar pinggul.
3.      Ras           
Penelitian yang dilakukan di amerika menyatakan bahwa suatu peralatan yang didesain pas untuk 90% laki- laki amerika memang cocok untuk 90% laki- laki italia, 45% laki-laki jepang, 25% laki-laki Thailand, dan hanya cocok untuk 10% laki-laki Vietnam (bridger rs, 1995)
4.      Pekerjaan
Pengemudi truk biasannya lebih tinggi dan lebih berat dari populasi pada umumnya, pekerja tambang bawah tanah memiliki lingkaran batang tubuh, lengan, dan tunggai yang lebih lebar.
5.      Periode dari masa ke masa
Diet dan gaya hidup  dapat mengubah dimensi tubuh manusia dari masa ke masa. Penelitian lain di amerika (deydkdkk,2001) dan bali/Indonesia (senaIGNdkk,2001) menyatakan terjadipeningkatan tinggi dan berat badan pada individu yang lahir pada generasi berikutnya.

PENGUKURAN DIMENSI TUBUH
            Pengukuran dimensi tubuh manusia dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu dimensi statis dan dimens/fungsional. Untuk mendesain peralatan yang digunakan manusia, seyogianya mengaplikasikan kedua jenis pengukuran dimensi ini lebih banyak data antropometri statis dibandingkan dangan data antropometrik statis dibandingkan dengan data antropometrik dinamis. Sampai saat ini tidak ada metode sistematik yang dapat  menerjemahkan ukuran-ukuran antropometrik statis menjadi data ukuran antropometrik statis menjadi data ukuran antropometrik dinamis.
a.       Dimensi statis
Dimensi statis merupakan pengukuran yang dilaksanaakan pada saat tubuh manusia dalam sikap statis(posisi diam di tempat). Dua jenis sikap standar pengukuran dimensi statis, terdiri dari:
1.      Sikap berdiri standar
Manusia yang di ukur harus berdiri tegak, melihat lurus ke muka dalam bidang Frankfurt ( bidang yang melalui sudut lateral mata dan liang telinga luar), dengan bahu yang tidak kaku dan lengan diposisikan tegak lurus ke bawah.
2.      Sikap duduk standar.
Manusia yangdi ukur harus duduk dengan tegak pada permukaan tempat duduk yang horizontal, melihat lurus ke muka dalam bidang frankturt, dengan bahu yang tidak kaku, dengan lengan atau diposisikan tegak lurus ke bawah dan lengan bawah  dalam posisi horizontal ke muka , tinggi tempat duduk disesuaikan agar tungkai atas berada dalam posisi horizontal ke muka dan tungkai bawah tegak lurus di atas lantai.
           
Dikenal 36 ukuran dimensi tubuh manusia dalam berbagai sikap, tetapi secara praktis umumnya cukup digunakan 18 ukuran dimensi tubuh untuk mendesain sesuatu produk,harus digunakan data antropometri dari populasi yang mewakili Kelompok populasi yang mewakili Kelompok populasi yang akan mengunakan peralatan tersebut.

b.      Dimensi dinamis
dimensi – dimensi ini ukur pada saat tubuh dalam posisi mengerjakan beberapa aktifitas fisik. Pada kebanyakan aktifitas  fisik, misalnya mengemudi mobil, mengoprasikan forklift, menjangkau peralatan di meja kertas, merakit peralatan elektronika, dan lain-lain, anggota tubuh manusia bekerja bersama-sama secara terkoordinasi.
Oleh karena itu, batas maksimal ukuran praktis jangkauan lengan tidak semata-mata berdasarkan panjang bahu lengan. Dimensi ukuran tersebut akan dipengarunghi oleh ukuran-ukuran dari gerak bahu , rotasi batang tubuh,luasnnya punggung membungkuk , dan penyelesaian pelaksanaan fungsi pekerjaan oleh lengan dan jari. Dengan demikian ukuran-ukurannya menjadi 1 ilustrasi yang kompleks, yang disebut sometografi.

METODE APLIKASI DATA DIMENSI STATIS ANTROPOMETRIK
       Sangatlah tidak praktis danterlalu mahaljika desain berbagai macam produk sesuai dengan ukuran masing- masing individu yang mengunakan, maka  kebanyakan produk yang diprodksi secara masal, didesain sesuai untuk sebagai  besar ukuran individu yang menggunakannya
       Maka untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip ergonomic  pada desain  produk agar dapat digunakan oleh sebagian besar individu, dapat dipilih 3 metode untuk mengaplikasikan dari 3 situasi berbeda.
a.       Desain untuk individu yang ekstrem
Desain nilai maksimum dari populasi, merupakan strategis yangtepat nilai maksimum(tinggi) dari beberapa desain peralatan yang akan digunakan  untuk semua orang, misalnya tinggi pintu, keluatan peralatan penyokong (trapeze, tali tangga, railing ruang peralatan berbahaya yang tidak dapat dijangkau).
       Desain nilai minimum dari populasi, merupakan strategis  yang tepat untuk nilai minimum(rendah) dari beberapa desain peralatan yang digunakan untuk semua  orang, misalnya letak tombol control operator.
        Untuk parameter desain nilai maksimum dan desain nilai minimum biasanya digunakan persentil ke-95 laki-laki dan persentil ke-5 perempuan dari distribusi populasi yang relavan.

DIMENSI STATIS ANTROPOMETRI DAN APLIKASINYA
1.      tinggi badan (stature) didefinisikan sebagi tinggi punjak kepala                              
Dari lantai pada saat berdiri tegak. Ukuran ini digunakan untuk menentukan tinggi minimal desain produk yang adadi atas kepala , misalnya tinngi pintu , tinggi lampu gantung dan lain- lain
2.      tinggi mata pada sikap berdiri (standing eye height) didefinisikan
            Sebai tinngi posisi mata(canthus internus, sudut bola mata bagian dalam) dari lantai pada saat berdiri  tegak. Ukuran ini digunakan untuk menentukan tinngi maksimal yang sesuai untuk lokasi monitor/ tampilan visual lainnya untuk seorang operatoryang bekerja pada sikap berdiri.
3.       Tinggibahu pada sikap berdiri (standing sholder height) didefinisikan sebai tinngi bahu (akromion) dari lantai pada saat berdiri tegak. Ukuran ini digunakan untuk referensi  pusat rotasi lengan dari atas lantai yang digunakan untuk mendesain tinngi maksimal yang sesuai posisi tombol-tombol  control.
4.      Tinngi siku pada sikap berdiri (standinghip height) didefinisikan sebagai  tinggi siku dari lantai pada saat berdiri tegak ukuran ini digunakan untuk  memperkirakan tinggi meja kerja dari atas lantai. Meja yang diletakan lebih tinngi dari dimensi ini akan menyebabkan pekeja akan mengangkat/menggantung lengannya untuk jangka waktu yang lama pada saat bekerja.
5.      tinggi pangkal paha pada sikap berdiri (standing hip height)  didefinisikan sebagai tinngi posisi tronkanter mayor(teraba pada sisi lateral paha) dari lantai pada saat berdiri tegak. Ukuran ini digunakan  untuk referensi titik pusat rotasi sendi pangkal paha yang dibutuhkan untuk menentukan oanjang fungsional tungkai bawah.
6.      tinggi pangkal jari tangan pada sikap BERDIRI (standing knuckle   height) didefinisikan sebagai tinggi ujung distal metacarpal III dari lantai pada saat berdiri tegak. Ukuran ini digunakan untuk memperkirakan tinggi minimum tempat peralatan/ komponen kerja dari atas lantai. Tempat peralatan/komponen kerja yang  diletakannya lebih rendah dari dimensi ini menyebabkan operator menekuk lututnya berulang-ulang pada saat mengambil peralatan/ komponen kerja.
7.      tinggi ujung-ujung jari pada sikap berdliri (standing finger tip height) didefinisikan sebagai tnggi ujung-ujung jari dari lantai pada saat berdiri tegak. Ukuran ini digunakan untuk memperkirrakan tinggi minimum posisi tombol-tombol control dari atas lantai. Posisi-tombol-tombol control yang letaknya lebih rendah dari dimensi ini akan menyebabkan operatormenekuk lututnya berulang-ulang pada saat mengoprasikan tombol-tombol control.
8.      tinngi pada sikap duduk (sitting height) didefinisikan sebagai tnggi punjak kepala dari permukaan kursi pada sikap duduk. Ukuran ini digunakan untuk menentukan tinggi desain atat suatu kenderaan dengan menyediakan jarak ounjak kepala dengan atap kenderaan sesuai dengan yang diinginkan.
9.      tinggi posisi mata pada sikap duduk(sitting eye height) didefinisikan sebai tinggi posisi mata(canthus internus/sudut bola mata bagian dalam) dari permukaan kursi pada ssikap duduk. Penggunaan seperti tinggi mata pada saat berdiri, namun ukuran ini diperuntukan khusus pada orng yang bekerja dalam posisi duduk.
10.  tinggi bahu pada sikap duduk (sitting shoulder height) didefinisikan sebai tinggi bahu(akromoin) dari permukaan kursi sikap duduk. Penggunaannya  seperti tinngi pada saat berdiri, namunukuran ini diperuntukan khusus pada orang yang bekerja dalam posisi duduk.
11.  tinggi bahu pada sikap duduk (sitting elbow height) didefinisikan sebai tinggi siku dari permukaan kursi pada sikap duduk. Ukuran ini digunakan untuk menentukan tinggi desain  penopang siku (arm rest) dan permukaan meja kerja pada posisi duduk, menjadi referensi untuk tinggi permukaan meja kerja, letak keyboard, dan lain-lain.
12.  tebal paha(theight tigness/thight clearance) didefinisikan sebagai jarak tegak lurus dari permukaan kursi sampai permukaan paha yang paling tinngi(tanpa menekan jaringan lunak) pada sikap duduk. Ukuran ini digunakanbuntuk  menentukan ruangan kosong yang dibutuhhkan antara permukaan tempatduduk dan permukaan bwah meja kerja/ hambatan lainnya.
13.  jarak bokong lutut (buttock knee length) didefinisikan sebagai jarak horizontal antara permukaan belakang bokong sampai punjak lutut pada sikap duduk. Ukuran ini digunakan untuk menentukan ruang kosong yang dibutuhkan antara sandaran kursi dan hambatan yang ada di muka lutut.
14.  jarak bokong – lekuk lutut( buttock-popliteal length) didefinisikan sebai jarak horizontal dari pinggir belakang bokong samapai lekuk lutut. Ukuran ini digunakan untuk menentukan desain lebar maksimal muka belakang permukaan kursi, maka  lebar permukaan kursi tidak melebihi jarak pinggir belakang bokongdan lekuk lutut pekerja yang pendek.
15.  tinngi lutut(knee height) didefinisikan sebagai tinggi punjak lutut (insersio m. quadisep femoris) dari lantai pada sikap duduk standar. Ukuran ini digunakan untuk menentukan jarak dasar permukaan meja kerja dan permukaan kursi.
16.   tinggi lekuk lutut (popliteal height) didefinisikan sebai tinngi lekuk fossa politea darilantai pada sikap duduk standar. Ukuran ini digunakan untuk menentukan tinggi maksimal desain kursi yang tingginya tidak dapat disesuaikan pada Kelompok populasi persentil ke-5, dan menentukan tinggi maksimal desain kursi yang tingginya dapat disesuaikan pada pada Kelompok populasi persentil ke- 95.
17.   lebar bahu bideltoid( shoulder width/shoulther breath bideltoiea) didefinikan sebagai jarak terjauh darikeduabahu, diukur pada kedua tonjolan lateral m.deltoidea. ukuran inidigunakan untukmenentukan lear minimum lorong-lorong sempit, koridor dan lain-lain, agar individu tidakharus memirinkan badan ketika melalui lorong tersebut.
18.   leber bahu biakromial (shoulder width/shoulder breath biacromial) di devinisikan sebagai jarak terjauh, diukur pada kedua tonjol paling lateral akromion. Ukuran ini digunakan untuk menentukan ruang kosong yang dibutuhkan pekerja yang masih membutuhkan gerak rotasi ekstremitasatas.
19.  lebar pinggul (hip breadth) didevinisikan sebagai jarak terjauh pada kedua pinggul pada sikap duduk. Ukuran ini digunakan untuk menentukan lebar minimum ukuran kursi agar dapat memberikan kenyamanan duduk pada orang-orang yang berpinggul lebar.
20.   jarak horizontal potongan sagital dada( chest depth) didefinisikan sebagai jarak horizontal terjauh dari punggung sampai bagian depan dad pada potongan sagital. Ukuran ini digunakan untukmenentukan lebar minimum yang dibutuhkan pada ruangan kerja yang sempit. Selain itu, ukuran ini digunakan untuk menentukan lebar minimum yang bibutuhkan pada ruangan kerja yang sempit . selain itu, ukuran ini juga dapat berguna untuk menentukan jarak permukaan depan punggung kursi dan hambatan dimukanya.
21.  jarak horizontal potongan sagital perut( abdominanl depth) diddefinisikan sebai jarak horizontal terjauh dari pinggang sampai bagian depan perut pada potongan digital. Ukuran ini digunaka untuk menentukan jarak permukaan dimukannya.
22.  panjang bahu- siku (shoulder-elbow length) didefinisikan sebagai jarak akromin sampai ujung jari dengan siku dan pergelangan tangan yang lurus pada sikap duduk standar.
23.  panjang siku-ujung jari (elbow-fingertip length) didefinisikan sebai jarak tonjolan siku sampaiujung jari tengah pada sikap duduk standar. Ukuran ini digunakan untuk menentukan jarak jangkauan lengan bawah pada desain tempat kerja yang nyaman.
24.  panjang lengan( upper limb length) didefinisiskan sebagai jarak akromion sampai tonjolan sikap pada sikap berdiri standar dengan siku dan pergelangan tangan lurus.
25.  panjang bahu-kepalan tangan (shoulder-grip length) didefinisikan sebagai jarak akromion sampai pusat kepalan tangan yang menggenggam objek dengan siku dan pergelangan tangan yang lurus. Ukuran ini digunakan dengan standar panjang fungsional ekstremist atas, biasanya untuk menentukan zonz jangkauan yang nyaman.
26.  panjang kepala (head height) didefinisikan sebagai jarak horizontal antara glabela dan oksipital pada potongan sagital kepala. Ukuran ini digunakan untuk titik referensi darri letak mata (kira-kira 2 cm dibelakang glabella).
27.  lebar kepala (head-breadth) didefinisikan sebagai lebar maksimal kepala, diukur dari sisi lateral kepala diatas telinga. Ukuran ini digunakan untuk titik referensi lebar kepala,sampai ketelinga ditamba 3,5 cm, untuk lebarruang kosong yang dibutuhkan dalam biasannya ditamba 0 mm
28.  panjang tangan (hand-length) didefinisikan sebagai panjang tangan yang diukur dari lekuk pergelangan tangan sampai ujung distal jari tengah, dengan tangan yang dipertahankan lurus dan kaku. Ukuran ini digunakan untuk referensi dalam mendesain pegangan peralatan kerja yang digenggam.
29.  lebar lengan (hand-breadth)didefinisikan sebagai jarak horizontal terjauh tengan,diukur dengan melitasi telapak tangan. Ukuran ini digunakan untuk referensi dalam mendesain pegangan paralatan kerja yang digenggam.
30.   panjang kaki(foot-length) didefinisikan sebagi panjang kaki yang diukur dari punggung tumit sampai ujung distal jari kaki yang terpanjang (jari ke-2). Ukuran ini digunakan untuk refernsi dalam mendesain pedal.
31.  lebar kaki(foot-breadth) didefinisikan sebagai jarak horizontal terjauh kaki, diukur dengn melitasi telapak kaki. Ukuran inidigunakan untuk referensi dalam mendesain pedal, dan lain-lain.
32.  rentangan lengan dan tangan (span) didefinisikan sebagai jarak horizontal terjauh kedua belah ujung jari tengah bila lengan dan tangan direntangan maksimal. Ukuraan ini digunakan untuk referensi jarak jangkauan lateral.
33.   rentangan siku (elbow-span) didefinisikan sebai jarak horizontal terjauh kedua belah tonjol siku, bila lengan atas direntangkan maksimal dan siku direfleksi maksimal sehingga ujung- ujung jari menyentuh dada. Ukuran ini digunakan untuk referensi jarak ruang kosong dalam lebar rentang siku.
34.  jangkauan veertikal berdiri (vertical reach standing) didefinisikan sebai jarak tegak lurus yang paling tinggi dari lantai sampai pusat kepalan standar. Ukuran ini digunakan untuk menentukan tinggi maksimal posisi tombol-tombol control diatas kepala pada sikap berdiri standar, sehingga individu yang pendek dapat mencapai tombol- tombol tersebut.
35.  jangkuan vertical duduk (vertical reach sitting) didefinisikan sebagai jarak tegak lurus yang paling tinggi dari permukaan tempat duduk sampai pusat kepalan tengan dari ekspremitas atas yang diluruskan keatas pada sikap duduk standar. Ukuran ini digunakan untuk menentukan tinggi maksimal posisi tombol-tombol control diatas kepala pada sikap duduk standar, sehingga individu yang pendek dapat mencapai tombol- tombol tersebut.
36.  jangkauan ke muka ( forward grib reach) didefinisikan sebagai jarak horizontal ke muka paling jauh dari punggung bagian belakang sampai pusat kepalan tangan dari ekstremitas atas yang diluruskan ke muka pada sikap berdiri standar. Ukuran ini digunakan untuk menentukan jangkauan maksimal posisi tombol- tombol control didepan tubuh pada sikap berdiri standar, sehingga individu yang pendek dapat mencapai tombol- tombol tersebut.
37.  jangkauan( reach) didefinisikan sebagai dimensi kubah jangkauan di sekeliling operator, ukuran ini digunakan untuk meletakan posisi dapat mengoprasikan tombol- tombol tersebut tanpa menjorokan tubuhnya ke muka atau memutar  batang tubuhnya, sedang pada operator yang dalam sikap berdiri dapat mengoprasikan tombol- tombol tersebut tanpamembungkuk, menengadah atau memiringkan/ memutar batang tubuhnya, misalnya untuk mendesain kokpit pesawat terbang.
38.  lingkaran kepalan tangan(grip circucumferencelgrip breadth) diukur dibagian dalam lingkaran kepalantangan pada individu yang mengenggam kerycut, dengan jalan mrngukur lingkaran terbesar kerujut yang dapat digenggam sehingga ujung ibu jari menyentuh ujung jari tengah. Ukuran ini digunakan untuk menentukan ukuran liingkaran maksimal pegangan peralatan kerja atau benda lain yang dikepal oleh telapak tangan. Ukuran lingkaran pegangan peralatan kerja sebagainya dapat dipegang juga oleh orang yang berukuran kecil sampai jempol dan jari-jarinya agar saling berselisihan.

ALAT UKUR DAN METODE PELAPORAN DATA ANTOPOMETRI
a.      Alat  ukur
Alau ukur yang digunakan untuk  mendapatkan data antropologi
1.      Wall scale(ukuran tinggi badan dinding) digunakan untuk mengukur tinggi badan dan bagian badan serta jangkauan vertical dalam sikap berdiri atau sikap duduk standar.
2.      Antropometer digunakan untuk mengukur tebal dan panjang bagian-bagian badan.
3.      Sliding caliper (jangka geser) digunakan untuk mengukur tebal dan panjang/ lebar bagian badan yang lebih kecil.
4.      Cone (kerucut pengukur) digunakan untuk mengukur rentang/keliling kepalan tangan.
5.      Goniometer digunakan untuk mengukur sudut gerak fleksio/ekstensio serta deviasi ulnar- radial tangan.

b.      Metode pelaporan pengukuran data antropometri
                 Sumbu tegak lurus adlah jumlah data individu dari masing- masing ukuran suatu dimensi tubuh (x) yang digambarkan pada sumbu horizontal suatukurva parabola. Garis tegak lurus yang ditarik dari punjak pusat parabola memotong garis tengah menyatak angka rata-rata dari populasi ini (u), yang menjadi di kedua sisinya dibagi menjadi3 tingkat standar deviasi (SD), sehingga populasi ini menjadi:
u- 3SD, u-2SD, u- 1SD, u, u+ 1SD, u+ 2SD, u + 3SD
frekuensi distribusi dari suatu populasi dapat juga menggunakan tabel statistic z, menjadi:
                 persentil ke-1, ke- 5, ke-20, ke- 50, ke-80, ke-95, dan ke-99.
Misalnya pada distribusi pengukuran tinggi badan, nilai persentil ke-5 berarti 5% dari populasi memiliki tinggi badan yang sama atau lebih rendah dari padanya, sedang yang 95% lainnya tinggi.

c.       Keterbatasan penggunaan data antropometri pada desain produk
                 Pada populasi yang terseleksi, misalnya militer, tidak ditemukan ukuran yang eksrtrim (misalnya pada dimensi tinggi badan , terlalu tinggi atau terlalu randah), pola distribusinya lebih sempit, dan berkumpul di tengah, berbeda dengan populasi umum yang lebih lebar. Ras, orang asia memilikii ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan orng eropa. Sikap baju dan perlengkapan lain yang dipakai selama pengukuran. Pada penelitian, data antropometri diambil dalam sikap standar pengukuran dan hanya memiliki celanadalam. Sedangka pada praktik produk, pengukuran pada masyarakat industri sering kali dilaksanakandengan memakai baju dan perlengkapan lain(sepatu tutup kepala) maka ukuran tersebut harus dikoreksi.

APLIKASI PRINSIP ERGONOMI DITEMPAT KERJA
                 Aspek-aspek psikologi, biomekanika, dan ergonomi berperan penting dalam perbaikan peralatan, tempat, dan lingkungan kerja. Misalnya, bentuk pegangan dan berat suatu peralatan kerja, posisi tubuh/lengan serta gerakan padasat bekerja, penataan tempat kerja, perbaikan pencahayaan, pengendali kebisingan, kebersihan tempat kerja. Oleh sebab itu, pemeliharaan toleransi biomekanika keja merupakan hal yang esensial untuk mencapai prinsip- prinsip desain ergonomic yang baik, guna mencega terjasdinnya stress fisik yang komulatif.
                 Ditempat kerja, pekeja akan saling berinteraksidengan komponen- komponen system kerja seperti organisasi, lingkungan, tempat kerja, jabatan, tugas kerja, desain mesin, dan desain alat bantu kerja.
                 Pendekatan praktis yang digunakan untuk mengaplikasikan prinsip- prinsip ergonomic ditempat kerja adalah dengan pempertimbangkan keseimbangan dan keselarasan antara pekerja dan komponen system kerja tersebut. Dengan mempertimbangkan keterbatasan- keterbatasan yang ada pada pekerja, kondisi fisik, dan kebiasaan kerja yang mengaplikasikan prinsip- prinsip ergonomic dapat mengurangi stress fisik yang berlebihan dan tercapainnya penampilan yang optimal demi terciptannya peningkatan produktivitas kerja, serta mengurangi kemungkinan terjadinya gangguan musculoskeletal dan gangguan kesehan lain pada pekerja.

INTERAKSI ANTARA TEMPAT KERJA DAN INDIVIDU PEKERJA
       Pada prinsipnya, organisasi tempat kerja adalah perencanaan koordinasi beberapa oeng pekerja berdasarkan  Kelompok- Kelompok kerja dan hiearki tugas kerja untuk mencapai tujuan bersama. Budaya organisasi tempat kerja yang sehat sebagai prioritas utama dari salah satu kebijakan kerjannya. Budaya ini harus didukung oleh berbagai pihak, antara lain:
1.      Budaya kerja yang tidak menuntut produktifitas melebihi pertimbangan keselamatan kerja harus didukung oleh manejer, misalnya dalam mengatur penjadwalan siklus istirahat, kerja lembur, rotasi tugas kerja, dan lain- lain. Kebijakan organisasi yang menyokong konsep keselamatan kerja, sangat memengaruhi penampilan kerja, misalnya:
a.       Penjadwalan waktu istirahat, kerja lembur, kerja shift malam, dan rotasi.
b.      Pemeliharaan mesin dan alat batu kerja secara berkala.
c.       Pemeriksaan kesehatan sebelum msuk kerja.
d.      Pemeriksaan kesehatan berkala.
e.       Prosedur kesempatan individu pekerja pada tempat kerja yang sesuaidengan kapasitas dan kemampuannya.
f.       Pelatihan dan keselamatan kerja harus senantiasa menjadi prosedur rutin dalam program kerja setiap Kelompok kerja.
2.      Pihak manejemen harus berupaya untuk menumbuhkan adanya pola Komunikasi, proses pengambilan kebutusan, dan mekanisme umpan- balik yang baik.
a.       Menejemen harus menberikan pelatihan dan mementau implementasi prosedur standar unruk pekerjaan yang  berbahaya.
b.      Mesin dan peralatan kerja harus diusahakan dapat cukup terjaga untuk tidak membahayakan terhadap kesalahan operasi.
c.       Prosedur penjadwalan harus disesuaikan dengan kemungkinan timbulnya ketidakpasrtian dan keterlambatan. 
3.      Pekerja harus didikutsertakan dalam perbaikan system kerja. Pekerja harus turut meminimalisasikan potensi kesalahan operasi dengan menyingkirkan semua elemen yang dapat menyebabkan kegagalan atau berulangnya kegaalan kerja mesin- mesin yang berportensi menimbulkan gangguan keselamatam kerja.
          
INTERAKSI ANTARA LINGKUNGAN TEMPAT KERJA DAN INDIVIDU PEKERJA
        Faktor- faktor lingkungan di tempat kerja seperti cuaca, temperature tempat kerja yang ekstrem, pencahayaan, bising, bau- bauan, ventilasi, vibrasi, dan lain- lain dapat memengaruhi penampilan dan produktifitas pekerja, yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan akibat kerja, terkadang memiliki gejala seperti penyakit umum lainnya, atau dapat juga mencetuskan timbulnya penyakit umum lainnya, atau dapat juga mencetuskan timbulnya penyakit umum yang memang diderita pekerja. Misalnya:
1.      Perubahan ventilasi dapat mengakibatkan timbulnya sick building syndrome yang menyerupai penyakit influenza. Penyakit tersebut sebenarnya merupakan penyakit sosiogenik , karena gangguan ini timbulnya tanpa akibat berkurangnya kualitas udara dilingkungan kerja.
2.      Penyakit asma dapat dicetuskan atau ditimbulkan oleh faktor- faktor lingkungan ditempat kerja.
3.      Temperator tempat kerja yang terlalu panas atau terlalu dingin mengakibatkan sters barat untuk jaringa tubuh, temperature yang terlalu dingin mengakibatkan terjadinya kontriks pembulu- pembulu darah tepi, yang mengakibatkan berkurangnya sensitifitas, koordinasi komponen- komponen tubuh dan fleksibilitas sehingga lebih rantan untuk timbulnya cedera.
4.      Pejanan terhadap vibrasi terjadi akibat pengunaan alat bantu genggam yang bergetar(segmental) atau mengenderai kenderaan yang timbullnya stress terhadap tendo, otot-otot, sendi dan saraf tepijari tangan dan lengan, sehingga dapat menimbulkan hilangnya rasa raba, kesemutan dan timbulnya rasa nyeri pada saat menggengam. Vibrasi wholebody memengaruhi hampir semua jaringan tubuh, terutama pada tulang belakang dan medulla spinalis.
   
INTERAKSI ANTARA TEMPAT KERJA DAN INDIVIDU PEKERJA
              Lokasi ruang kerja(work place) adalah area fisik tempat seorang pekerja melakukan aktifitas kerja. Tempat kerja(work station) adalh lokasi ruang kerja serta bagian dari mesin dan peralatan kerja, tempat seorang pekerja melakukan berbagai aktivitas kerja, tempat pekerja menghabiskab seluruh atau sebagain hari kerjany, misalnya:
1.      Meja kerja dengan computer dan kelengkapannya bagi seorang pekerja pemsok data computer.
2.      Meja kerja dan mikroskop bagi seseorang pekerja laboratorium.
3.      Meja kerja, alat patri, dan peralatan lainnya bagi seseorang pekerja parakitan elektronik.
      Salah satu penyebab terjadinya stress fisik akibat kerja adalah terjadi nya ketidaksesuaan ukuran- ukuran komponen tempat kerja dengan pekerja sehingga mengharuskan pekerja dengan posisi sulit seperti membungkuk, mengangkat lengan dan bahu terlalu tinggi, atau aktivitas  yang hanya dapat dilakukan dengan satu tangan, dan lain- lain. Gangguan muskolekeletal sering kali terjadi karena umumnya meja kerja, peralatan, dan mesin desain dengan ukuran yang lebih besar( untuk pekerja yang rata- rata besar), agar dapat dipakai juga pada pekerja yang lebih kecil. Prinsip ergonomic yang benarmengharuskan meja kerja yang sesuai atau dapat disesuaikan dengan ukuran individu yang mengunakannya. Dalam hal ini, data antropometri segman tubuh digunakan untuk  menentukan jarak lolos bagian tubuh, sikap yang nyaman, guna memastikan terjaminnya syarat- syarat  kesehatan dan keselamatan kerja serta untuk mengembangkan terciptanya keselarasan dan kenyamanan bekerja.
        Aktifitas pekerja dalam melakukan tugasnya juga harus diperhitungakan saat mendesain meja keja yang ergonomis, misalnya:
1.      Bekerja diatas meja kerja yang terlalu tinggi merupakan faktor resiko repatitife strain injuri, kerena terjadi abduksi lengan atas disendi bahu, sehingga pergerakan tangan dalam bidang horizontal disendi pergelangan tangan akan membutuhkan usaha tambahan dalam bentuk ayunan disendi bahu.
2.      Bekerja diatas meja kerja yang terlalu rendah merupakan faktor resiko low beck paint kerena pekerja harus membungkuk untuk jangka waktu yang terlalu lama selama bekerja.
       Berdasarkan tugas yang dilaksanakan dikenal 3 jenis utama meja kerja, yaitu meja kerja duduk, berdiri, dan kombinasi. Berikut ini penjelasa mengenai penggunaa ketiga jenis tersebut.
a.       Seluruh komponen pekerja dilaksanakan dalam siklus jangka pendek, dapat disuplai dengan mudah, dan dapat dilaksanakan sambil duduk.
b.      Tidak ada komponen pekerja yang membutuhkan pergerakn tangan lebih dari 15 cm diatas permukaan meja kerja.
c.       Tidak membutuhkan tenaga yang besar, misalnya mengangkat beban lebih dari 4,5 kg. misalnya pada aktivitas perakitan dan mengetik/menulis
d.      Meja kerja yang memenuhi persyaratan untuk tugas ini ialah ukuran meja kerja yang memungkinan pekerja untuk dapat menjangkau semua komponen pekerja di atas meja tanpa membungkuk, mengecilkan badan, atau memutar badan terlalu jauh.
     Meja kerja berdiri cocok untuk kondisi berikut ini:
a.    Jika meja kerja tidak memiliki tidak memiliki ruang untuk membongkokan lutut.
b.    Terdapat komponen pekerja yang membutuhkan tenaga besar (>4,5 kg)
c.    Sering kali memerlukan jangkauan yang tinggi, rendah, atau jauh dari permukaan tubuh.
d.   Banyak memerlukan aktivitas yang berpindah tempat.
e.    Membutuhkan banyak aktivitas membungkukkan badan, misalnya pada tugas-tugas membungkus mengikat, damn mengemas barang.
f.     Persyaratan untuk meja kerja berdiri bergantung pada tugas- tugas yang dilaksanakan, yaitu:
    
·         Pekerja yang memerlukan ketelitian, seperti perakitan komponen elektronik, menulis, menggambar dan lain-lain, posisi mata harus lebih dekat dengan objek yang dikerjakan, dan siku memerlukan penyangga untuk mengurangi baban statis pada otot- otot punggung, maka tinggi meja kerja sebaiknnya sedikit diatas ukuran tinggi sikupada saat berdiri (5- 10 cm di ats tinggi siku)
·         Pekerjaan yang memerlukan banyak gerakan tangan, seperti merapikan, menempel, membungkus, mengemas produk, dan lain-lain, memerlukan ruangan yang luas untuk peralatan,kantong/ tempat untuk mengumpulkan produk, dan komponen- komponen kerja lainnya, membutuhhkan tinggi meja kejasedikit dibawah ukuran tinggi siku pada saat berdiri (10-15 cm di bawah tinngi siku).
·         Pekerjaan yang memerlukan tenaga kerja yang besar, yang banyak mengunakan gerakan bagian atas tubuh seperti mengunkan gerakan bagian atas tubuh sepertimengunakan palu, gergaji, bor, alat las, dan lain-lain, membutuhkan tinggi meja kerja jauh dibawahukuran tinggi siku pada saat berdiri (15-40 cm di bawah tinggi siku)
Meja kerja duduk/ berdiri ( kombinasi) cocok untuk kondisi berikut ini:
a.       Pekerjaan yang membutuhkan gerakan tangan berulang-ulang        
Dengan jangkauan ke muka lebih dari 41 cm, dank e atas lebih dari 15 cm dari permukaanmeja kerja.
b. pekerjaan dengan tugas multiple, beberapa tugas lebih baik dilaksanakan secara duduk sedangakn tugas lainnya sebaiknya dilakukan dengan berdiri.

INTERAKSI ANTARA JABATAN DAN INDIVIDU PEKERJA
        Dalm konteksi ini, jabatan diartikan sebagai peranan individu pekerja dlam organisasi tempat kerja, meliputi sejumlah tugas khusus yang dilaksanakan terus- menerus setiap hari kerja. Sedangkan perencanaan beban tugas(job design) adalah program kerja yang menciptakan peranan individu pekerja dalam organisasi agar dapat berinteraksi secara sistematis dengan pekerja yang lain, dengan produk, serta tugas- tugas pelayanan agar dapat mencapai tuntutan pekerjaan yang sesuai/ selaras dengan kemampuan fisik dan mentalnya. Perencanaan tugas yang sesuai dengan prisip- prinsip  kesehatan dan keselamatan kerja, maka perencanaan beban tugas harus seimbang dengan keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan  fisik pekerja, serta penyediaan system kerja, seperti peralatan, mesin- mesin dan prosedur kerja yang memadai. Dengan demikian perencanaan tugas harus berdasarkan pada:
1.      Analisis tugas menurut aktivitas yang membutuhkan pekerja, misalnya:
a.       Analisis biomekanika (gerakan bagian tubuh, jangkuan, kekuatan,  daya tahan kecepatan, dan respons mekanik terhadap stress fisik, tes tenaga, dan lain- lain) diperlukan untuk pekerjaan dengan aktivitas mengangkat beban atau pengunaan tenaga fisik yang berat.
b.      Audiogram pada pekerja yang dilakukan ditempat bising dilakukan.
c.       Tes fungsi paru pada pekerjaan yang dilakukan di tempat yang berdebu.
2.      Pertimbangan tentang nilai ambang batas, misalnya:
a.       Aktifitas menggangkat beban
b.      Pekerjaan yang menggunakan peralatan yang dapat menimbulkan vibrasi
c.       Pekerjaan yang menbutuhkan gerakan tangan secara berulang dan lain- lain.
3.      Pemeriksaan medis sebelumnya kerja dan pemeriksaan medis untuk penugasan ditempat keja, terutama yang mengandung resiku tinggi harus dilaksanakan dengan saksama.

KETERANGAN KRITERIA KEMUDAHAN
1.      Baik :
a.       Desain kemasan boks optimal, memiliki pegangan atau lubang dengan desain yang optimal.
b.      Kemasan bukan boks, bagian yang bebas dari kemasan cukup longgar mudah dilipat untuk pegangan.
2.      Cukup:
a.       Desain kemasan boks optimal, tetapi pegangan atau lubang kurang memenuhi syarat.
b.      Kemasan bukuan boks atau desain kemasan boks  yang kurang memenuhi syarat, sehingga saat menggenggam tangan harus menekuk ke dalam sebesar 90 derajat. 
3.      Buruk:
a.       Desain kemasan boks kurang memenuhi syarat, tidak memiliki pegangan atau lubang.
b.      Kemasan bukan boks atau beban dengan bentuk tidak beraturan, besar sekali atau sukar untuk dipegang.


KETERANGAN KRITERIA KEMASAN
1.      Desain kemasan boks optimal: panjang frontal <40 cm, tinggi <30 cm, permukaan rata tidak licin, simetri, isi stabil, dapat  digenggam tanpa sarung tangan.
2.      Desain pegangan optimal: diameter 1,9-3,8 cm, panjang >11,5 cm, besar lubang 5 cm, berbentuk silinder,permukaan rata tidak licin.
3.      Desain lubang pegangan optimal: diameter 3,8 cm, panjang 11,5 cm, besar lubang 5 cm, berbentuk semi – oval, permukaan rata tidak licin, tebal kemesan >1.1 cm.

MANUAL MATERIAL HANDLING
      Banyak jenis pekerjaan yang membutuhkan aktivitas fisik yang berat seperti mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, melempar, menyokong, memindahkan beban atau memutar beban dengan tangan atau bagian tubuh lain.
Aktifitas senacam ini sering kali  disebut dengan istilah manual material handling. Laserasi, hematoma,fratur, kelelahan otot, dan cedera muskolokeletal terutama pada tulang belakang, seperti nyeri pinggang(low back paint), sering diderita pada jenis pekerjaan ini.
      Nyeri pinggang akibat pekerjaan manual material handling, 50% di antarannya diakibatkan oleh aktivitas menggkat beban , 9% kerena mendorongdan menarik beban, 6% kerena menahan, melembar, memutar, dan membawa beban.
      Penelitan klein(1984) menyatakan bahwa pekerja angkat beban, seperti tukang sampah, pekerja disektor konstruksi, gudang, dan perawatan, mengajukan klaim asurasi kesehatan 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan dengan tenaga fisik yang lebih ringan. Kremer (1973) menyatakan bahwa 20% angka absensi dan 50% pensiundini disektor industry jerman barat diakibatkan oleh nyeri pinggang akibat keja. Oleh sebab itu, masalah aktivitas angkat beban ini menjadi perhatian utma dalam program kesehata.

ANATOMI  DAN PATOFISIOLOGI CEDERA TULANG BELAKANG
         Batang tubuh (kolomna vertebralis) yang menyebabkan tubuh manusia dapat berdiri tegak, dibentuk oleh 32-33 ruas tulang belakang (vertebrae), yang terdiri dari 5 ruas tulang leher (vertebra servikasi), 12 ruas tulang punggung (vertebra torakalis), 5 ruas tulang pinggang (vertebra lumbalis) yang saling terpisah satu sama lain oleh cakram antar ruas (diskus intervetebralis), yang dibentuk oleh lapisan jaringan ikat struktur, serta 5 ruas tulang tungging (vertebra sakralis) dan 3-4 ruas tulang ekor ( vertebra sakralis) dan 3-4 ruas tulang ekor (vertebra koksigealisyang telah bersatu menjadi sebuah tulang tungging ( os sacrum) pada saat lahir dan sebuah tulang ekor(os koksigeus). Kolomna vertebralis berbentuk seperti huruf s, di daerah punggung berbentu cekung, sedangjan di daerah pinggang cekung, sedangkan di daerah pinggang cembung bentuknya. Bentuk seperti ini member kemungkinan timbulnya elestasitas batang tubuh untuk menyerap gaya tekanan ke bawah pada saat meloncat dan mengangkat beban.
        Cakram antar- ruas mulai Nampak di antara vertebra c2 dan c3 dan terakhir di antara vertebra L5 danS1 (os skrum) jadi seluruhnya terdapat 23 buah cakram.

Faktor stress fisik pada manual material handling
Beratnya sters fisik aktibat aktivitas mengangkat beban bergantung pada beberapa faktor, yaitu:
1.      Perbperbedaan jenis kelamin
Sters fisik akibat aktivitas mengangkat beban pada laki-laki dan perempuan disebabkan adanya perbedaan karakteristik anatomi laki- laki dan perempuan, seperti:
a.       Lekuk sendi pangul permpuan terletak sedikit lebih ke muka dari garis tegak lurus, yang melaluiposisi tegak lurus tulang belakangakan mengakibatkanstres fisikakibat aktivitasmengangkat beban 15% lebih besar pada perempuan dibandingkan  laki- laki, karena pada laki- lakilekuk sendi panggulnyaterletak dalam garis tegalk lurusdengan posisi tegak lurus tulang belakang.
b.      Tungkai laki- laki relative lebih panjang dari pada tungkai wanita bila bila dibqndingkan batang tubuhnya. Bila beban diangkat dengan cara meletakan di muka lutut ( stoop lifting), stress fisik akibat aktivitas mengakat bebean pada perempuan lebih besar dibandingkan laki- laki, sebaiknya untuk metode angkat beban yang lain, stress fisiknya lebih kecil pada permpuan.
2.      Metode mengkat beban yang benar
a.       Posisi horizontal beban yang diangkat . dengan merapatkan beban yang diangkat sedekat mungkin dengan permukaan tubuh, maka gaya komresi yang diderita oleh diskus intervertebralis L5-S1 makin kecil.
b.      Metode mengangkat beban dari lantai. Bila beban diangkat dengan cara meletakannya di antara kedua lutut yang terbuka (squat lifting) akan menghasilkan stress biomekanika yang lebih kecil bila dibandingkan denga cara meletakannya di muka lutut (stoop lifting). Akan tetapi, beban yang besar lebih sulut untuk diangkat  yang terbuka tidak akan cukup untuk meletakan beban tersebut.
c.       Membawa beban kerja dengan melangkah ke samping. Terjadinya rotasi aksial sebesar 45 derajat atau refleksi fleksi lateral sebesar 20 derajat ternyata akan meningkatkan tekanan inttradiskus. Oleh sebab itu, membawa beban dengan melangka kesamping, akan menimbulkan memen gaya membongkok ke sisi lateral, yang sangat memberatkan gaya komprasi pada diskus inbtervertebralis.

3.      Karesteristik beban yang diangkat
a.       Besar beban yang  diangkat. Diskus intervertebralis L5-S1 akan menanggung gaya komprasi yang lebih bila mengkat beban yang bervolume lebih besar bila mengkat beban yang bervolume lebih besar dibandingkan mengkat beban yang sama beratnya tetapi bervolume lebih kecil.
b.       Bentuk dan karesteristik beban yang diangkat.
c.       Distribusi beban dan stabilitasi.
 
     Beban yang tidak simetis/ tidak stabil akan memberikan stress makanik yang lebih besar pada vertebrae lumbalis, karena pusat gaya berat beban akan jatuh di luar pusat gaya berat batang tubuh, sehingga menimbulkan gaya tarikan ke lateral pada batang tubuh, sehingga menimbulakan gaya tarikan ke leteral padda batang tubuh, yang menimbuolkan gaya rotasi dari masing- masing pada ventebra yang di dekatnya.
a.       Pegangan beban.
b.      Tingginya jarak angkatan
c.       Berat., frekuensi mengangkat, dan jarak memindahkan beban.

PRIORITAS PENGENDALIAN MANUAL MATERIAL HANDLING

A.    Prioritas 1 memperbaiki perencanaa tugas kerja atau job redesign. Kempuan seorang yang ditugaska seseorang yang ditugaskan untuk pekerjaan denga aktivitas mengangkat beban harys selaras dengan keburuhan proporsi fisik tugas kerja, oleh kerenannya perlu dilaksanakan pemeriksaan sebelum bekerja (preemployment examination) dan pemeriksaan untuk penempatan tenaga kerja (preplecement examination) yang  saksama . prosedur pemeriksaan:
1.      Riwayat penyakit.
2.      Pemeriksaan fisik.
3.      Pemeriksaan radiologi pada tulang pinggang.
4.      Tes kekuatan, merupakan pengukuran tenaga yang dikeluarkan oleh sekelompok otot- otot statis dan dinamik.
a.    Tes kerja otot static (static/ isometric strength test) untuk mengukur kerja sekelompok otot dengan menahan beban gaya yang tak bergerak.
b.    Tes kerja otot dinamik(dynamic/isokinetic strength test), merupakan tes yang lebihbaik dari pada tes kerja otot statisk, dengan cara mengukur kerja Kelompok otot dengtan menahan beban gaya yang bergerak konstan.
c.    Fleksibilitas kerja otot
d.      Tes jantung- paru( cardiopulmonary test) untuk menguk,ur kecepatan denyut jantung dan kekuatan aerobic maksimum.
B.  pioritas II memenfaatkan pengunaan peralatan mekanisme angkat beban: lift table, lever hoist dan chain hoist, troleey , hand truck dan fork- lift truck, dan conveyor.
C. prioritas III (training). Pelatihan mengenai cara mengakat beban yang aman, perbaikan system kerja, dan aplikasi teknologi baru untuk mengatasi penyimpangan perilaku dan tugas kerja yang kurang memadai, harus dilaksanakan pada seluruh pekerja yang ditugaskan untuk pekerjaan dengan aktivitas mengangkat beban.
                 Prasyaratan angkat beban yang aman (ayoub and mital, 1980):
1.      Kurangi beban yang diangkat ( dikemas denga kemasan yang lebih kecil)
2.      Angkat beban bersama untuk bebean yang besar atau lebih berat
3.      Gaya angakatb beban benar
4.      Ubah metode angkat beban( menarik/ mendorong lebih ringan dari pada membawa)
5.      Kurangi jarak membawa beban ( ubahlah menjadi beberapa jarak  yang lebih dekat dari pada 1 kali jarak yang jauh)
6.      Tinggi angkatan tidak lebih dari bahu
7.      Beban yang berat pada tinggi kepalan tangan.
8.      Kurangi frekuensi mengkat beban
9.      Peride istirahat yang cukup.
10.  Rotasi tugas
11.   Buat kemasan dengan pegangan yang memadai.
  
INTERAKSI ANTARA TUGAS KERJA DAN INDIVIDU PEKERJA.
                 Tugas kerja adalah sejumlah aktivitas yang dibebankan pada pekerja guna tercapainya penyelesaian tujuan fungsional khusus dari keseluruhan system kerja. Setiap tugas kerja terdiri dari sederatan elemen pekerjaan, misalnya memantau objek kerja( melihat dengan mata atau meraba dengan tangan).
                 Demi tercapainya penampilan kerja yang optimal dari seorang individu, hatus dilakukan hal- hal berikut ini:
1.      Pada pekerja dengan aktivitas mengkat beban. Dibutuhkan upaya untuk mengurangi berat beban yang diangkat, jarakpemindahan barang, gerakan membungkuk, memutar beban, jangkauan yang jauh, pengunaan peralatan mekanik dalam mengakat beban, dan lain- lain.
2.      Pada pekerja pergerajkan tangan berulang, dibutuhkan uupayauntuk mengurangi kecepatan proses keja, modifikasi alt bantu kerja, penyesuaian tinggi meja kerja, dan lain- lain.
3.      Pekerjaan tertentu membutuhkan posisi tubuh dan ekstremitasi yang tepat.
a.       Jangan bekerja dengan posisi tangan yang jangkal, tetapi pertahankan dalamposisi yang lurus.
b.      Optimalkan konfigurasi tulang belulang.
c.       Kurangi gerakan kepala yang berlebihan.

INTERAKSI ANTARA DESAIN MESIN DAN INDIVIDU PEKERJA.
                 Pelaksanaan tugas secara manual oleh pekerja umumnya sangat melakukan dan kurang produktif, maka pengunaan mesin di tempat kerja akan sangat membantu kelancaran, kecepatan, dan efesiensi pekerjaan.
Desain mesin yang baik harus memenuhi prinsip- prinsip dasar sebagai berikut:
1.      Tampilan dan tombol- tombol pengator harus berguna, mudah dimengeri, mudah dilihat, dan mudah dibaca.
2.      Memiliki tanda bahaya/alarm yang mudah menarik perhatian.
3.      Dapat dikunci, sehingga tidak semua orang dapat menghidupkan mesin.
4.      Memiliki system” failsafe”, sehingga mesin tersebut akan berhenti sendiri bila terjadi kesalahan yang dilakukan oleh pekerja dalam mengoprasikan mesin tersebut.

Interaksi antara alat bantu/ peralatan kerja dan individu pekerja.
    Peralatan kerja adalah bantu kerja genggam guna memperpanjang jangkauan. Memperbesar kekuatan atau meningkatkan efektivitas tugas beberapa persyaratan yang di butuhkan dalam desain alat bantu kerja untuk mencapai pemeliharaan toleransi biomekanika kerja otot yang optimal, yaitu:
1.      Pegangan alat bantu genggam harus memiliki ketebalan, ukuran, dan bentuk yang cocok dengan pekerja.
2.      Alat bantu genggam harus sering mungkin yang ringan akan lebih mudah digunakan dan dapat memperlambat kelelahan.
3.      Pertahankan sendi bahu dalam posisi yang cukup rendah. Abduksi lengan atas pada sendi bahu tanpa penyokong dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan rasa cepat lelah. Misalnya, bekerja dengan alat bantu genggam yang lurus (solder, las, dan lain-lain) pada meja kerja horinzontal akan merasa cepat lelah, karena bahu harus di angkat ke atas dan tangan dalam posisi deviasi ulnar. Dengan cara membengkokkan ujung solder/las kira-kira 90 derajat, sendi siku dapat diletakkan sejajar dengan meja kerja, bahu dapat diturunkan dan posisi tangan menjadi netral.
4.      Alat bantu genggam harus terpegang cukup kuat. Alat bantu yang berat akan membuat cepat lelah dan dapat terlepas waktu digunakan.dengan mendesain alur-alur pada pegangan alat bantu genggam, dan dan menyesuaikan diameter pegangan dengan ukuran tangan pekerja, atau menambah pegangan untuk tangan yang lain sebagai stabilisator, maka alat bantu genggam dapat di pegang kuat-kuat.
5.      Buat perisai pada alat bantu genggam yang dapat menjepit atau melukai kulit. Gunting yang di beri bantalan pada kedua pegangannya dapat mencegah terjepitnya jari-jari tangan.
6.       Jangan membuat tombol/swit yang hanya dioperasikan dengan satu atau beberapa ujung jari. Melakukan penekanan dengan satu atau beberapa ujung jari berulang-ulang untuk jangka yang lama akan mengakibatkan rasa lelah dan rasa kaku pada jari-jari tangan.
7.      Kurangi kompresi pada jaringan tubuh. Ujung pegangan peralatan kerja (mis.,kape penggaruk sisa-sisa cat tembok) yang kurang memadai dapat menekan. Ulnaris yang terletak di pangkal pergelangan tangan, sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri dan kesemutan di jari manisdan kelingking.


PENYAKIT MUSKULOSKELETAL AKIBAT KERJA
Nyeri Pinggang
            Nyeri pinggang (low back pain) adalah keluhan rasa nyeri, ketegangan otot, atau rasa kaku di daerah pinggang yaitu dipinggir bawah iga sampai lipatan bawah bokong (plica glutea inferior), dengan atau tanpa disertai penjalaran rasa nyeri kedaerah tungkai (sciatica). Penyakit ini dapat terjadi akibat stress fisik yang berlebihan pada sumsum tulang belakang yang normal, atau stress fisik yang normal pada sumsum tulang belakang yang abnormal.
Nyeri pinggang nonspesifik merupakan penyakit yang sangat sering terjadi di masyarakat umum, prevalensinya kedua terbanyak setelah penyakit influenza. Lebih dari 85% individu perna menderita nyeri pinggang selama hidupnya, terutama di sektor industri. Menurut US National Safety Council (1981), 25% dari semua gangguan kesehatan di sektor industry diakibatkan oleh nyeri pinggang, dan penyakit ini juga bertanggung jawab atas hilangnya 12 juta hari kerja/tahun dan terbuangnya dana US $1 milyar per tahun.

Etiologi                                                                                                      
            Umumnya nyeri pinggang nonspesifik disebabkan oleh masalah pekerjaan berat yang berhubungan dengan manual material handling, seperti mengangkat, menurunkan, mendorong, dan menarik beban yang berat, juga berkaitan dengan sering atau lamanya membengkokan badan, membungkuk, duduk, dan berdiri terlalu lama atau postur batang tubuh lainnya yang janggal. Faktor fsikososisl  di lingkungan pekerjaan, faktor resiko individual, seperti tinggi dan berat badan berlebihan, laki-laki, usi tua, kurangnya olahraga, merokok, pengetahuan sikap kerja merupakan faktor risiko untuk terjadinya nyeri pinggang.



Jenis nyeri pinggang nonspesifik
Berdasarkan kelainan organik yang melatarbelakangi kasus ini, maka nyeri pinggang nonspesifik dapat dibedakan menjadi beberapa diagnosis penyakit, yaitu:

1.      Low back strain (nyeri torakolumbal menahun)
Oleh karena lokasi pusat massa tubuh terletak sedikit di sebelah muka dari lokasi diskus intervertebralis L5-S1, walaupun tanpa membawa beban, posisi tubuh cenderung akan selalu jatuh ke muka. Dengan demikian untuk sacrospinalis, mm. glutealis, dan otot-otot hamstring harus berkontraksi. Pada pekerjaan dengan aktivitas fisik yang berat, cedera otot dapat terjadi kerena kontraksi otot-otot tersebut menjadi sangat berlebihan dalam jangka waktu yang lama.
2.      Discogenik pain
Pada saat mengangkat beban, vertebra lumbalis digunakan pengungkit, maka kontraksi otot-otot punggung dan bokong akan menciptakan stress kompresi atau stress putaran pada cakram atau ruas, terutama di sekitar diskus intervertebralis L5-S1. Stress tersebut dapat mengakibatkan robeknya annulus fibrosus, hingga terjadi hernia nucleus pulposus yang dapat mencetuskan timbulnya nyeri neurologic (neurogenik pain) sangat jarang tetapi kasus ringan sebelum terjadinya kelainan ini cukup sering terjadi. Misalnya, peregangan atau robeknya bagian luar annulus fibrosus, dan/atau ligamentum logitudinalis posterior, serta proses degenerasi permukaan sendi intervertebra, yang mengakibatkan terjadinya perangsangan serabut halus saraf senspinggang, yang disebut nyeri mekanik atauorik tanpa myelin yang terdapat di tempat-tempat tersebut, dapat menimbulkan keluhan rasa nyeri discogenik pain.
3.      Hernia nucleus pulposus
Pada kasus ini yang lebih berat, cedera cakram antar-ruas akan mengakibatkan degenerasi annulus fibrosus akibat robekan miltipel atau robekan  tunggal annulus fibrosus. Robekan dapat berpola marginal, tangengsial, atau radial, tetapi untungnya robekan tersebut biasanya dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi, proses degenerasi robekan pada nucleus pulposus dimanifestasikan sebagai dehidrasi atau fagmentasi menjadi sektrum, yang konsistensinya berubah dari seperti danging kepiting menjadi lunak bercampur gas.
4.      Sindrom sakroiliaka
Bila dilihat dari belakang, posisi os sacrum tampaknya sangat trategis sebagai tulang pengunci lengkung panggul, karena beban dari atas akan disalurkan ke linea inominata sampai ke caput femoris. Namun, dilihat dari atas, ternyata posisi os sacrum yang berbentuk seperti trapezium.
Pada sindrom sakroiliaka, pergeseran os sacrum ke muka mengakibatkan regangan ligamentum pengikat os sacrum, yaitu lig. Sakroiskhiadikum dan lig. Sakrotuberosum sehingga menimbulkan rasa nyeri yang menyebar dari art. Sakroiliaka ke pinggang dan paha bagian belakang secara mendadak.
5.      Facet joint syndrome
Posisi art. Intervetebralis yang membentuk sudut 450 dengan bidang horizontal, pada posisi tegak, mengakibatkan kedua permukaan sendi ini akan menderita beban yang berat, akibat beban tekanan. Pada degenerasi cakram antar ruas, jarak antara kedua vertebrae menyempit, sehingga beban pada permukaan sendi art. Intervetebralis bertambah, rongga sendi menyempit, terjadi gesekan permukaan sendi yang berulang dan memudahkan timbulnya osteoarthritis pada sendi tersebut sehingga menimbulkan rasa nyeri di pinggang.

Diagnosis penyakit
Pertanyaan berikut ini harus diajukan:
1.      Awitan (kapan mulai terjadinya)
2.      Lama serangan (berapa lama rasa nyeri timbul)
3.      Frekuensi (penyakit ini timbul untuk yang keberapa kali). Law back pain merupakan penyakit yang sering kambuh, biasanya gangguan rasa nyeri timbul semakin sering dan intensitasnya semakin berat.
4.      Lokasi rasa nyeri.  Gangguan rasa nyeri unilateral/bilateral, timbil pada area punggung bagian bawah (pinggang) yaitu daerah bagian dorsal punggung yang terletak di antara tepi bawah iga ke-2 sampai tepi atas Krista iliaka.
5.      Penyebaran rasa nyeri. Rasa nyeri sering kali menyebar ke tungkai ipsilateral sesuai dengan ular nervus iskhiadikus.
6.      Provokasi (aktivitas yang mencetuskan/memperberat rasa nyeri).
7.      Aleviasi (aktivitas/sikap yang dapat mengurangi rasa nyeri)



Penatalaksanaan
            Sangat dibutuhkan bed rest total atau setidaknya mengurangi aktivitas yang mencetus timbulnya rasa nyeri pada kasus low back pain akut. Pemberian medikamentosa dengan analgesik atau OAINS (NSAID), kadangkala juga perlu ditambahkan kortikosteroid (lebik baik dengan perenteral). Perbedahan pada kasus hernia nucleus pulposus kadang-kadang diperluka, tetepi biasanya hasilnya hanya untuk jangka pendek, maka pengobatan konservatif dan tindakan pencegahan masih menjadi pilihan utama pada piñatalaksanaan nyeri pinggang.

Pencegahan
            Pengarahan yang bijaksana untuk mencegah timbulnya gejala penyakit ini merupakan keharusan bagi seluruh pekerjaan manual material handling. Semua pekerja yang melakukan tugas manual material handling harus dilatih tentang biomekanika tubuh, metode, dan bahaya kerja dan mengangkat beban. Tes kekuatan pun perlu dilaksanakan, terutama saat penerimaan pekerja baru. Selain itu, pekerja wajib melaporkan setip gangguan nyeripunggung yang mereka rasakan, agar dapat dilakukan tindakan evaluasi medis dini guna mengurangi terjadinya gangguan kesehatan yang lebih berat dan bersifat permanen.

Occupational Overuse Syndrome
            Rasa nyeri di daerah leher, bagian atas punggung, bahu, lengan atau tangan, merupakan gejala yang sering di rasakan oleh pekerja. Biasanya mulai dari suatu tempat tertentu yang dapat menyebar keseluruh anggota tubuh bagian atas,kadang-kadang diikuti gangguan sensibilitas. Gengguan kesehatan yang diakibatkan oleh ancaman bahayakerja argonomi iniumumnya dikenal sebagai Occupational Overuse Syndrome (OOS) atau repetilive strain injuries (RSI)
Keluhan penyakit ini biasanya berkepanjangan sehingga dapat menimbulkan kecacatan, dan mengakibatkan berkurangnya keterampilan untuk melaksanakan pekerjaan, menurutnya produktivitas kerja, pemborosan dan tingginya angka absensi. Dilaporkan bahwa 1/3 dana tuntutan asuransi kesehatan disektor industry amerika berasal dari OOS, laporan lain menyatakan bahwa angka absensi akibat kelainan ini mencapai 8% dari seluruh populasi tenaga kerja di belanda.


Etiologi
Faktor penyebab yang dapat mengakibatkan berkembangnya penyakit ini, antara lain:
1.      Sikap kerja.
2.      S ifat dasar pekerjaan.
3.      Faktor psikologis.
Akibat pajanan bahaya kerja ini sangat bergantung pada intensitas dan lamanya pekerjaan berlangsung, frekuensi gerakan alat bantu, cakupan waktu istrahat ada/ tidaknya vibrasi pada tangan /lengan, suhu lingkungan yang dingin, penggunaan sarung tangan yang sempit, aktivitas mengangkat beban, dan tehnik kerja yang kurang memadai.

Gambaran klinis
1.      Gejala subjektif
a.       Timbilnya rasa nyeri hebat, atau rasa menusuk atau terbakar yang dicetuskan oleh gerakan lengan atau milai dirasakan pada pada saat istrahat.
b.      Paraestesia yang sering diikuti disaestesia (rasa kesemutan, mati rasa, rasa berat, rasa tertusuk-tusuk, rasa lemah, dan rasa lelah) serta rasa dingin di bagian tertentu ekstremitas.
c.       Rasa nyeri tekan atau rasa kram dilokasi timbulnya rasa nyeri.
d.      Terhambatnya gerakan akibat rasa nyeri regional (pada leher/bahu).
e.       Biasanya rasa nyeri bertambah berat dengan adanya stress mental, sebaiknya berkurang pada saat liburan, atau istrahat panjang.
2.      Gejala objektif. Meskipun sebagian besar penderita penyakit ini mengeluhkan rasa nyeri regional yang hilang timbul/menetap yang hebat, kadang-kadang ditemukan tanda-tanda klinis berikut ini:
a.       Rasa nyeri tekan pada palpasi di lokasi timbulnya rasa nyeri.
b.      Keterbatasan gerak fleksi/ekstensi sendi leher, abdukasi/elevasi sendi bahu.
c.       Tes provokatif menunjukan hasil positif ketika menahan sikap fleksi/ekstensi sendi leher, tes penekanan pleksus brakhialis elvey, tes impingement Neer dan tes impingement hawkin & Kennedy pada kasus-kasus rotator cuff tendinitis, tes menggantungkan beban lengan, tes peregangan.
d.      Tes finkelstein menunjukan hasil positif palsu (false positive) pada terperangkapnya komponen sensoris n. radialis.
e.       Perubahan sensibilitas (syndrome hipoestesia, alodinal, hiperalgesia, hiperpatia).
f.       Feomena vasomotor rasa dingin, sianosis/kepucatan di daerah rasa nyeri.

Klasifikasi penyakit
Berdasarkan beratnya gambaran klinis, The Occupational Repetitition Strain Injuries Advisory Committee (Australia, 1984) mengklasifikasikan penyakit ini dalam 3 derajat, yaitu:
1.      Derajat 1. Timbilnya kumpulan gejala regional dalam bentuk rasa nyeri dan rasa lelah yang hebat dirasakan selama bekerja, tetapi hilang pada saat tidur malam atau pada saat libur.
2.      Derajat 2. Gejala sering kali timbul waktu malam dan sampai mengganggu tidur malam. Selain itu, terkadang dapat ditemukan kelainan fisik.biasanya penampilan kerja akan menurun, terutama untuk melakukan pekerjaan dengan gerakan berulang-ulang seperti para pekerja perakitan peralatan elektronik, maupun bekerja dalam posisi yang janggal/kurang nyaman.
3.      Derajat 3. Gejala tetap timbul waktu malam maupun istirahat/ libur. Pekerja yang ringan, tanpa gerakan berulang- ulngamaupun posisi kerja yang jangkaldapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat serta keluhan- keluhan lainnya.

Pathogenesis dan diagnosis penyakit
    Masih terdapat banyak perdebatan banyak perdebatan tentang pathogenesis OSS. Hanya sebagian kecil yang memiliki tanpa- tanpa kelainan orgenik yang jelas, sebagian besar kasus umumnya tidak ditemukan kelainan apapun, tetapi ternyata juga dapat berkembang menjadi  kasus- kasus yang berat dan menahin.
   Kendati demikian, OSS  meliputi beberapa  jenis kasus mialgia dengan gambaran klinis yang kurangb spesifik, tetapitension  memberikan gambaran histopatogenesis tanda- tanda kerusakan otot yang jelas seperti pada kasus. Cervical syndrum, tension neck/myofacial pain syndrome, shoulder  capsulitis( frozen shoulder), occupational cramps(craft palsies), dan non-specifik diffuce upper limp pain.
1.      Cedera otot (mialgia)
a.       Tension neck/myofacial paint syndrome. Rasa nyeri dan rasa kaku pada leher akibat spasma otot- otot  leher akan menghambat gerak leher (tidak bisa menoleh) kadang-kadang , rasa tersebut menyebar ke daerah bahu, punggung, lengan dan tangan
    Tension neck syndrome, sering kali timbul pada:
·         Pekerjaan yang mengharuskan pekerja untuk mempertahankan posisi ekstensi dan rotasi leher yang ekstrim untuk jangka yang panjang, misalnya mengganti bola lampu dan mengecet plapon.
·         Pekerja yang memenggul beban berat di bahunya, sehingga rhomboidea dan m. levayor scapula, harus menahan yang berat untuk janglka yang lama, misalnya kuli panggul, kameraman, pekerja- pekerja di rumah pemotongan hewan.
·         Pekerja yang harus mempertahankan posisi menjempit objek di antara bahu dan telinga, misalnya pemain biola dan resepsionis.
·         Pekerja yang membawa beban berat di kepalanya, yang dapat mengakibatkan robeknya diskus pleksus brakkhialis terjepit.
·         Pekerja yang mengharuskan lengan, tangan dan mata terfokus pada objek yang letaknya beberapa cm di atas meja kerja, misalnya tukang jahit dan microsopist.        
b.      Pseudo-angina pectoris. Timbulnya rasa nyeri di dinding dada sebelah kiri yang menyebar ke lengan kiri, tidak semata- mata diakibatkan oleh kasus insufisiensikoroner tetapi dapat juga terjadi akibat m. pektoralis mayoe kiri yang terlalu kuat untuk jangka lama.     
2.      Inflasi sarung tendo (tenosinovitas/ tenovaginitis)
Tenosinovitas adlah proses peradangan sarung tendo serta jaringan –jaringan di sekitarmya, sedangkan tendonya sendiri relative tidak terpengaruh.  Misalnya, pekerja perakitan produk- prodek industry,juru ketik, operator pemasok data computer, pengrajin kerajinan tangan, tukang daging, pekerja ibu rumah tangga seperti mengepel, memasak, dan merajut pakaian.
a.       deQuervaint’s disease. De quervaint’s disease merupakan  sejenis tenosinovitas khas yang mengenai sarung 2 buah tendo di pergelangan tangan yang ekstensor pollisis brevis.
b.      Carpal tunnel syndrome. Tenosinovitas/ tenovaginitis/ sinovitas yangmengenai sarung tendo otot- otot fleksor lengan bawah, yang membawa, yang melalui terowongan di bawah ligamentum transversum bagian vental pergelangan tangan, sehingga menjepi n. medianus yang berjalan bersanma tendo- tendo tersebut.
       Gejala dini penyakit ini adalah mati rasa dan kesemutan di ibu jari, telunjuk, dan jari tengah, yang sering kali membangunkan pasien pada saat tidur malam.

3.      Inflamasi tendo (tendinitis)
Tendinitis dan peritendinitis adlah proses peradangan jaringan tendo dan sekitarnya yang akhirnya akan menimbulkan proses penebalan tendo. Proses ini biasanya akan menimbulkan situasi penguncian gerakan sendi sekitar tendo tersebut, sehingga dapat menimbulkan gejala rasa nyeri, penghambatan gerkan, rasa nyeri tekan di tempat penebalan tendo tersebut.
a.       Rotator cuff tendinitis. Rotator cuff tendinitis atau humeral tendinitis adalah peradangan tendo dan bursa subakromial sekolompok ,otot- otot rotator yang berorigo di scapula(supraspinatus, infraspinatus, supskapularis, dan teres minor).
b.      Bicipital tendinitis. Rasa nyeri yang intrmitten pada bahu, dan akan bertembah nyeri jika lengan diangkat, dapat juga mengindikasikan biicipital tendinitis, karena terjadi peradangan tendo caput longum m. biseps brakii dalam sulkus bisipital dalam sulkus bisipitalis dalam alur tersebut.
c.       Epinkondilitis. Otot- otot fleksor dan ekstensor lengan bawah serta jari berorigo melalui sebuah ligamentum secara kolektif pada lateral dan medial.
4.      Inflamasi bursa( bursitis)
Bursa adalah kantong berisi cairan yang terletak di antara otot/ tendo dengan tonjolan tulang tempat melekatnya tendo, gunanya untuk mencegah gesekan pada saat kontraksi otot.
a.       Bursitis. Bursitis siku akibat proses friksi mekanis bursa olekranon.
b.      Ganglion/kista ganglionik, merupakan salah satu bentuk anggur, akibat pengumpulan cairan di kantong- kantong bursa pada punggung pergelangan tangan dan tangan, yang terdapat pada insersio otot- otot ekstensor lengan dan jari.
5.      Inflamasi kapsula sendi
Shoulder capsulitis/ frozen shulder/perikapsulitis adalah peredanagn difus pada kapsula sendi glenohumeral, sehingga terjadi pelekatan pada tulang dan jaringan sekitarnya.
6.      Terperangakapnya saraf tepi/penyumbatan pembulu darah
a.       Terperangkapnya n. ulnaris. N. ulnaris yang berjalan di sulkus n. ulnaris bagian belakang epikondilus medialis, dapat terjepit karena terjadinya konstriksi aponeurosis m. fleksor carpi ulnaris.
b.        Thoracic outlet syndrome. Terjadinya kompresi a. supklavia dan radiks pleksus brakialis (terutama radiksi c8 dan t1) di daerah leher.
c.       Hypothener hammer syindrome. Tekanan berulan untuk jangaka waktu yang lama karena ujung pegangan palu pada daerah hipotener tangan, mengakibatkan cedera a. ulnaris di terowongan guyon.
           
Pengobatan
            Untuk kasus akut, satu- satunya pengobatan yang terbaik adalah dengan mengurangi aktivitas fisik pada anggota tubuh bagian atas yang sakit. Sedangkan untuk kasus yang menahun, diperlukan terapi denag cara menggerakan lengan yang sakit tanpa/ dengan beban dengan meningkatkan kecepatan dan durasi secara perlahan- lahan terapi ini harus dilakukan dibawah pengawasan petugas medis

Tindakan pencegahan
            Tindakan pencegahan merupakan penanggulangan repetitive strain injuri yang paling penting dilakukan. Redesain tugas kerja untuk mengurangi stress fisik terhadap alat bantu para pekerja harus dilaksanakan secara menyeluruh. Selanjutnya diperlukan intervensi ergonomic yang memadai, seperti:
1.      Memperbaiki lingkungan kerja, peralatan, dan organisasi tugas kerja menurut prinsif-prinsif ergonomic, seperti perubahan tinggi meja kerja, tempat duduk, desain mesin dan peralatan kerja, banyaknya frekuensi dan variasi gerakan yang dilakukan agar sesuai dengan kapasitas fisik dan mental para pekerja.
2.      Memperbaiki variasi untuk tugas-tugas yang beresiko menimbulkan penyakit ini. Sedapat mingkin, dalam setiap pekerjaan harus terdapat kombinasi antara pekerjaan dengan gerakan berulang/posisi tugas yang kurang nyaman dengan pekerjaan lain yang dapat memberikan istirahat bagi otot-otot yang mengalami kelelahan.

Hand arm vibration syndrome
            Hand arm vibration syndrome (HAVS) adalah gangguan kesehatan akibat kerja karena penggunaan alat bantu genggam yang menimbulkan vibrasi dalam jangka waktu yang lama, seperti gergaji listrik, gerinda, bor bertenaga listrik atau tekanan udara, palu pemecah batu, dan lain-lain.
Hand arm vibration syndrome (VAVS) merupaka fenomena yang kompleks dan patofisiologinya masi belum banyak diketahui secara pasti,umumnya diduga terjadi kerusakan syaraf tepid an lapisan otot-otot halus pembuluh darah tangan. Sindroma ini ditandai dengan memucatnya ujung-ujung jari tangan disertai rasa kesemutan dan baal/mati rasa akibat penggunaan alat bantu genggam yang menimbulkan vibrasi dalam jangka waktu yang lama.

gejala klinis
            fenomena raynaud merupakan gejala yang khas pada penderita HAVS penderita akan mengalami baal/mati rasa dan kesemutan pada ujung-ujung jari setelah terpapar oleh rasa dingin atau vibrasi, kekuatan memegang berkurang, timbul rasa sakit dianggota tubuh (lengan/tungkai).

Patofisiologi
            Sampai saat ini, etiologi HAVS belum dapat dijelaskan dengan memuaskan. Dulu,diduga rasa dingin yang hebat atau vibrasi yang bagian tangan akan mengakibatkan terjadinya spasme. Digitalis yang mendarahi ujung saraf simpatis jari-jari tangan, sehingga menyebabkan pucatnya jari-jari tangan tersebut.

Diagnosis
            Riwayat penyakit dan pekerjaan merupakan komponen yang paling penting pada diagnosis HAVS.
Untuk membantu menilai sensivitas dan sfesifikasi vascular dapat dilakukan tes adson (rotasi leher) dan tes Allen (kompresi pergelangan tangan ulnar dan radial).


 

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
                Antropometri adalah ilmu yang berhubungan dengan  pengukuran dimensi  dan karakteristik tubuh lainya seperti volume, pusat grativisi dan masa segmen tubuh manusia .
Saran
                Di dalam setiap kekerjaan pasti memiliki karakteristik bahaya masing masing , untuk itu kita harus  berhati hati, dan mengunakan alat pelindung diri sesuai dengan standar keamanan tempat kerja tersebut
















                   










  




































  



















  









































Tidak ada komentar:

Posting Komentar