KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr.wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat
Allah SWT karena atas izin dan
kuasaNyalah kita masih diberi kesempatan, kekuatan lahir batin sehingga kita dapat menjalankan aktivitas sebagaimana mestinya. Tugas makalah yang kami
buat ini dengan judul ”bahaya kerja ergonomi”merupakan salah satu persyaratan
dan tanggung jawab kami selaku mahasiswa
yang masih menuntut ilmu pengetahuan di
salah satu perguruan tinggi.
Kami
selaku penyusun untuk menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara langsung dalam penyusunan makalah ini, Insya Allah dengan
tersusunnya makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua dalam kemajuan
dan pengembangan daerah kita yang tercinta.
Amin....
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
|
,
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I pendahuluan
BAB II pembahasan
-
Antropometri
-
Pengukuran
dimensi tubuh
-
Metode aplikasi
data dimensi statis antro[pometrik
-
Dimensi statis
antropometri dan aplikasinya
-
Alat ukur dan
motode pelaporan data antropomertri
-
Aplikasi prinsip
ergonomic ditempat kerja
-
Interaksi antara
tempat kerja dan individu pekerja
-
Interaksi antara
lingkungan termpat kerja dan individu pekerja
-
Interaksi antaraa
tempat kerja dan individu pekerja
-
Interaksi antara
jabatan dan individu pekerja
-
Keterangan
criteria kemudahan
-
Keterangan
criteria kemasan
-
Manual material
handling
-
Anatomi dan
patofisiologi cedera tulang belakang
-
Prioritas
pengendalian manual material handling
-
Interaksi antara
tugass kerja dan individu pekerja
-
Interaksi antara
desain mesin dan idividu pekerja
-
Interaksi antara
alat bantu/peralatan kerja dan individu pekerja
-
Penyakit
musculoskeletal akibat kerja
BAB III penutup
-
Kesimpulan
-
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Ditinjau dari hasil katanya, ergonomic berarti
bidang studi yang mempelajari tentang hukum-hukum pekerjaan (dalam bahasa yunani
,ergos=pekerjaan, nomos=hukum).
Namun bila
didefinisikan secara bebas, ergonomic adalah bidang studi multi disiplin yang
mempelajari prinsip-prinsipdalam mendesain peralatan, mesin,proses, dan tempatkerja
yang sesua idengan kemampuan dan keterbatasanmanusia yang mengunakannya.
Ergonomic dilaksanakan dengan tujuanuntuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pekerjaan, baik dalam hal mempernyaman pengunaan, mengurangi
kesalahan, dan meningkatkan produktifitas. Dengan demikian akan menamba
nilai-nilai kemanusiaan yang diinginkan, seperti meningkatkan keselamatan kerja
,mengurangi kelelahan /stress akibat pekerjaan, mengurangi cuti sakit akibat
penyakit muskoloskeletal akibat kerja, meningkatkan kepuasan kerja, dan
memperbaiki kualitas hidup.
Ergonomic merupakan istilah yang
biasa digunakan di Indonesia dan dikebanyakan Negara-negara eropa, tetapi di
amerika serikat lebih dikenal dengan istilah human factor engineering/human
engineering/engineering psychology . namun, umumnya kalangan medis lebih
menyukai istilah ergonomic sebab istilah human factor engineering lebih
beroriantasi pada ilmu pengetahuan teknik dan psikologi. Kedua istilah ini
sering kali dianggap sinonim, karena keduannya mendeskripsikan interaksi antara
pekerja dan tuntutan pekerjaan, yang bertujuan untuk mengurangi stress yang
menguntungkan di tempat kerja. Akan tetapi, sesunggunya terdapat perbedaan
dalam penekanan kedua istilah tersebut. Istilah ergonomic menitikberatkan pada
“bagaimana kondisi kerja memengaruhi pekerjaan”. Pekerja akan mengalami perubahan
fisiologi terhadap faktor-faktor fisik ditempat kerja, seperti
panas,pencahayaan, bising, pekerjaan yang melibatkan psikomotor kompleks, dan
lain-lain. Ergonomic bertujuan untuk mengurangi kelelehan (fatigue) atau ketidaknyamanan (discomfort) dengan cara
mendesain tugas/ alat bantu kerja sesuai dengan kapasitas kerja indifidu
pekerja. Sebaliknya, istilah human faktor lebih menitipberatkan pada komleks
hubungan manusia dengan mesin/ peralatannya, tempat kerja, dan lingkungan
kejannya. Human faktor bertujuan untuk mengurangi kesalahan yang dilakukan
individu pekerjaan dan kemampuan ralatif fisiknya(keterbatasan-keterbatasan)
terhadap desain tempat kerja dan peralatannya.
Sebai bidang studi multidisiplin,
ergonomic mencakup berbagai aspek ilmu yang sangat luas. Pada dasarnya, ergonomic
dapat dibagi menjadi 3 kelompok spesialisasi ilmu, yaitu:
1. ergonomi fisik, yang sangat meliputi sikap kerja,
aktifitas mengangkat beban, gerakan repatitif, penyakit muskoluskeletal akibat
kerja, tata letak tempat kerja, keselamatan dan kesehatan kerja.
2. ergonomic kognitif, yang meliputi beban mental
akibat kerja, pengambilan keputusan, penampilan keterampilan kerja, interaksi
manusia mesin, peralatan yang berhubungan dengan system perencanaa pekerjaan.
3. ergonomic organisasi, meliputi Komunikasi,
manejemen sumber daya pekerja, perencanaa tugas, perencanaa waktu kerja, kerja
sama tim kerja, perencanaa partisipasi kerja, ergonomic komunitas, paradikma
kerja baru, pola kerja jarak baru, pola kerja jarak jauh dan menejemen kualitas
kerja.
Beberapa ilmu dasar mengenai tubuh
manusia yang mempelajari bentuk-bentuk detail tubuh manusia, baik dalam
istirahat maupun dalam keadaan bergerak, menjadi pondasi ilmu ergonomic. Jadi,
ergonomic terdiri dari ilmu yang mempelajari bagian tubuh manusia dan interaksinnya
dalam berbagai sikap tubuh (anatomi) serta ilmu tentang ukuran-ukuran tinggi,
jangkauan, dan dimensi tubuh dalam berbagai sikap tubuh (antropometri). Di
samping itu, ergonomic juga berhubungan dengan ilmu tentang ukuran- ukuran
sikap tubuh pada saat bekerja untuk menelaah gaya- gaya pengungkit maupun arah
gaya dan bebean dari suatu gerakan (biomekanika), serta ilmu yang mempelajari
tentang tenaga yang dilepaskan, komsumsi oksigen, dan variable proses-proses
tubuh lainnya(faal kerja/work physiology).
BAB
II
PEMBAHASAN
ANTROPOMETRI
Antropometri
adalah ilmu yang berhubungan dengan pengukuran dimensi dan karasteristik tubuh
manusia lainnya seperti volume, pusat grativitas, dan masa segmen tubuh
manusia. Ukuran-ukuran bagian tubuh manusia sangat bervariasi, tergantung pada:
1. Umur
Dimensi- dimensi tubuh manusia terus
bertanba sampai akhir usia batasan tahun setelah iti dimensi tubuh relative
konstan dan menjelang masa geratri, dimensi tubuh akan berkurang lagi(stout,
1981).
2. Jenis
kelamin
Umumnya dimensi-dimensi tubuh laki-laki
lebih besar dari pada wanita, kecuali untuk dimensi lebar pinggul.
3. Ras
Penelitian yang dilakukan di amerika
menyatakan bahwa suatu peralatan yang didesain pas untuk 90% laki- laki amerika
memang cocok untuk 90% laki- laki italia, 45% laki-laki jepang, 25% laki-laki
Thailand, dan hanya cocok untuk 10% laki-laki Vietnam (bridger rs, 1995)
4. Pekerjaan
Pengemudi truk biasannya lebih tinggi
dan lebih berat dari populasi pada umumnya, pekerja tambang bawah tanah
memiliki lingkaran batang tubuh, lengan, dan tunggai yang lebih lebar.
5. Periode
dari masa ke masa
Diet dan gaya hidup dapat mengubah dimensi tubuh manusia dari
masa ke masa. Penelitian lain di amerika (deydkdkk,2001) dan bali/Indonesia
(senaIGNdkk,2001) menyatakan terjadipeningkatan tinggi dan berat badan pada
individu yang lahir pada generasi berikutnya.
PENGUKURAN
DIMENSI TUBUH
Pengukuran
dimensi tubuh manusia dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu dimensi statis dan
dimens/fungsional. Untuk mendesain peralatan yang digunakan manusia, seyogianya
mengaplikasikan kedua jenis pengukuran dimensi ini lebih banyak data
antropometri statis dibandingkan dangan data antropometrik statis dibandingkan
dengan data antropometrik dinamis. Sampai saat ini tidak ada metode sistematik
yang dapat menerjemahkan ukuran-ukuran
antropometrik statis menjadi data ukuran antropometrik statis menjadi data ukuran
antropometrik dinamis.
a. Dimensi
statis
Dimensi statis merupakan pengukuran yang
dilaksanaakan pada saat tubuh manusia dalam sikap statis(posisi diam di
tempat). Dua jenis sikap standar pengukuran dimensi statis, terdiri dari:
1. Sikap
berdiri standar
Manusia yang di ukur harus berdiri
tegak, melihat lurus ke muka dalam bidang Frankfurt ( bidang yang melalui sudut
lateral mata dan liang telinga luar), dengan bahu yang tidak kaku dan lengan
diposisikan tegak lurus ke bawah.
2. Sikap
duduk standar.
Manusia yangdi ukur harus duduk dengan
tegak pada permukaan tempat duduk yang horizontal, melihat lurus ke muka dalam
bidang frankturt, dengan bahu yang tidak kaku, dengan lengan atau diposisikan
tegak lurus ke bawah dan lengan bawah
dalam posisi horizontal ke muka , tinggi tempat duduk disesuaikan agar
tungkai atas berada dalam posisi horizontal ke muka dan tungkai bawah tegak
lurus di atas lantai.
Dikenal 36 ukuran dimensi tubuh manusia dalam
berbagai sikap, tetapi secara praktis umumnya cukup digunakan 18 ukuran dimensi
tubuh untuk mendesain sesuatu produk,harus digunakan data antropometri dari
populasi yang mewakili Kelompok populasi yang mewakili Kelompok populasi yang
akan mengunakan peralatan tersebut.
b. Dimensi
dinamis
dimensi – dimensi ini ukur pada saat tubuh
dalam posisi mengerjakan beberapa aktifitas fisik. Pada kebanyakan
aktifitas fisik, misalnya mengemudi
mobil, mengoprasikan forklift, menjangkau peralatan di meja kertas, merakit
peralatan elektronika, dan lain-lain, anggota tubuh manusia bekerja bersama-sama
secara terkoordinasi.
Oleh karena itu, batas maksimal ukuran
praktis jangkauan lengan tidak semata-mata berdasarkan panjang bahu lengan.
Dimensi ukuran tersebut akan dipengarunghi oleh ukuran-ukuran dari gerak bahu ,
rotasi batang tubuh,luasnnya punggung membungkuk , dan penyelesaian pelaksanaan
fungsi pekerjaan oleh lengan dan jari. Dengan demikian ukuran-ukurannya menjadi
1 ilustrasi yang kompleks, yang disebut sometografi.
METODE
APLIKASI DATA DIMENSI STATIS ANTROPOMETRIK
Sangatlah tidak praktis danterlalu mahaljika desain berbagai macam
produk sesuai dengan ukuran masing- masing individu yang mengunakan, maka kebanyakan produk yang diprodksi secara
masal, didesain sesuai untuk sebagai
besar ukuran individu yang menggunakannya
Maka
untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip ergonomic
pada desain produk agar dapat
digunakan oleh sebagian besar individu, dapat dipilih 3 metode untuk
mengaplikasikan dari 3 situasi berbeda.
a. Desain
untuk individu yang ekstrem
Desain nilai maksimum dari populasi,
merupakan strategis yangtepat nilai maksimum(tinggi) dari beberapa desain
peralatan yang akan digunakan untuk
semua orang, misalnya tinggi pintu, keluatan peralatan penyokong (trapeze, tali
tangga, railing ruang peralatan berbahaya yang tidak dapat dijangkau).
Desain nilai minimum dari populasi,
merupakan strategis yang tepat untuk
nilai minimum(rendah) dari beberapa desain peralatan yang digunakan untuk
semua orang, misalnya letak tombol
control operator.
Untuk parameter desain nilai
maksimum dan desain nilai minimum biasanya digunakan persentil ke-95 laki-laki
dan persentil ke-5 perempuan dari distribusi populasi yang relavan.
DIMENSI
STATIS ANTROPOMETRI DAN APLIKASINYA
1. tinggi
badan (stature) didefinisikan sebagi tinggi punjak kepala
Dari lantai pada saat berdiri
tegak. Ukuran ini digunakan untuk menentukan tinggi minimal desain produk yang
adadi atas kepala , misalnya tinngi pintu , tinggi lampu gantung dan lain- lain
2.
tinggi mata pada sikap berdiri (standing
eye height) didefinisikan
Sebai tinngi posisi mata(canthus
internus, sudut bola mata bagian dalam) dari lantai pada saat berdiri tegak. Ukuran ini digunakan untuk menentukan
tinngi maksimal yang sesuai untuk lokasi monitor/ tampilan visual lainnya untuk
seorang operatoryang bekerja pada sikap berdiri.
3.
Tinggibahu pada sikap berdiri (standing sholder
height) didefinisikan sebai tinngi bahu (akromion) dari lantai pada saat
berdiri tegak. Ukuran ini digunakan untuk referensi pusat rotasi lengan dari atas lantai yang
digunakan untuk mendesain tinngi maksimal yang sesuai posisi tombol-tombol control.
4.
Tinngi siku pada sikap berdiri
(standinghip height) didefinisikan sebagai
tinggi siku dari lantai pada saat berdiri tegak ukuran ini digunakan
untuk memperkirakan tinggi meja kerja
dari atas lantai. Meja yang diletakan lebih tinngi dari dimensi ini akan
menyebabkan pekeja akan mengangkat/menggantung lengannya untuk jangka waktu
yang lama pada saat bekerja.
5.
tinggi pangkal paha pada sikap berdiri
(standing hip height) didefinisikan
sebagai tinngi posisi tronkanter mayor(teraba pada sisi lateral paha) dari
lantai pada saat berdiri tegak. Ukuran ini digunakan untuk referensi titik pusat rotasi sendi
pangkal paha yang dibutuhkan untuk menentukan oanjang fungsional tungkai bawah.
6.
tinggi pangkal jari tangan pada sikap
BERDIRI (standing knuckle height)
didefinisikan sebagai tinggi ujung distal metacarpal III dari lantai pada saat
berdiri tegak. Ukuran ini digunakan untuk memperkirakan tinggi minimum tempat
peralatan/ komponen kerja dari atas lantai. Tempat peralatan/komponen kerja
yang diletakannya lebih rendah dari
dimensi ini menyebabkan operator menekuk lututnya berulang-ulang pada saat
mengambil peralatan/ komponen kerja.
7.
tinggi ujung-ujung jari pada sikap
berdliri (standing finger tip height) didefinisikan sebagai tnggi ujung-ujung
jari dari lantai pada saat berdiri tegak. Ukuran ini digunakan untuk
memperkirrakan tinggi minimum posisi tombol-tombol control dari atas lantai.
Posisi-tombol-tombol control yang letaknya lebih rendah dari dimensi ini akan
menyebabkan operatormenekuk lututnya berulang-ulang pada saat mengoprasikan
tombol-tombol control.
8.
tinngi pada sikap duduk (sitting height)
didefinisikan sebagai tnggi punjak kepala dari permukaan kursi pada sikap
duduk. Ukuran ini digunakan untuk menentukan tinggi desain atat suatu kenderaan
dengan menyediakan jarak ounjak kepala dengan atap kenderaan sesuai dengan yang
diinginkan.
9.
tinggi posisi mata pada sikap
duduk(sitting eye height) didefinisikan sebai tinggi posisi mata(canthus
internus/sudut bola mata bagian dalam) dari permukaan kursi pada ssikap duduk.
Penggunaan seperti tinggi mata pada saat berdiri, namun ukuran ini diperuntukan
khusus pada orng yang bekerja dalam posisi duduk.
10.
tinggi bahu pada sikap duduk (sitting
shoulder height) didefinisikan sebai tinggi bahu(akromoin) dari permukaan kursi
sikap duduk. Penggunaannya seperti
tinngi pada saat berdiri, namunukuran ini diperuntukan khusus pada orang yang
bekerja dalam posisi duduk.
11.
tinggi bahu pada sikap duduk (sitting
elbow height) didefinisikan sebai tinggi siku dari permukaan kursi pada sikap
duduk. Ukuran ini digunakan untuk menentukan tinggi desain penopang siku (arm rest) dan permukaan meja
kerja pada posisi duduk, menjadi referensi untuk tinggi permukaan meja kerja,
letak keyboard, dan lain-lain.
12.
tebal paha(theight tigness/thight
clearance) didefinisikan sebagai jarak tegak lurus dari permukaan kursi sampai
permukaan paha yang paling tinngi(tanpa menekan jaringan lunak) pada sikap
duduk. Ukuran ini digunakanbuntuk
menentukan ruangan kosong yang dibutuhhkan antara permukaan tempatduduk
dan permukaan bwah meja kerja/ hambatan lainnya.
13.
jarak bokong lutut (buttock knee length)
didefinisikan sebagai jarak horizontal antara permukaan belakang bokong sampai
punjak lutut pada sikap duduk. Ukuran ini digunakan untuk menentukan ruang
kosong yang dibutuhkan antara sandaran kursi dan hambatan yang ada di muka
lutut.
14.
jarak bokong – lekuk lutut(
buttock-popliteal length) didefinisikan sebai jarak horizontal dari pinggir
belakang bokong samapai lekuk lutut. Ukuran ini digunakan untuk menentukan
desain lebar maksimal muka belakang permukaan kursi, maka lebar permukaan kursi tidak melebihi jarak
pinggir belakang bokongdan lekuk lutut pekerja yang pendek.
15.
tinngi lutut(knee height) didefinisikan
sebagai tinggi punjak lutut (insersio m. quadisep femoris) dari lantai pada
sikap duduk standar. Ukuran ini digunakan untuk menentukan jarak dasar
permukaan meja kerja dan permukaan kursi.
16.
tinggi lekuk lutut (popliteal height)
didefinisikan sebai tinngi lekuk fossa politea darilantai pada sikap duduk
standar. Ukuran ini digunakan untuk menentukan tinggi maksimal desain kursi
yang tingginya tidak dapat disesuaikan pada Kelompok populasi persentil ke-5,
dan menentukan tinggi maksimal desain kursi yang tingginya dapat disesuaikan
pada pada Kelompok populasi persentil ke- 95.
17.
lebar bahu bideltoid( shoulder width/shoulther
breath bideltoiea) didefinikan sebagai jarak terjauh darikeduabahu, diukur pada
kedua tonjolan lateral m.deltoidea. ukuran inidigunakan untukmenentukan lear
minimum lorong-lorong sempit, koridor dan lain-lain, agar individu tidakharus
memirinkan badan ketika melalui lorong tersebut.
18.
leber bahu biakromial (shoulder width/shoulder
breath biacromial) di devinisikan sebagai jarak terjauh, diukur pada kedua
tonjol paling lateral akromion. Ukuran ini digunakan untuk menentukan ruang
kosong yang dibutuhkan pekerja yang masih membutuhkan gerak rotasi
ekstremitasatas.
19.
lebar pinggul (hip breadth)
didevinisikan sebagai jarak terjauh pada kedua pinggul pada sikap duduk. Ukuran
ini digunakan untuk menentukan lebar minimum ukuran kursi agar dapat memberikan
kenyamanan duduk pada orang-orang yang berpinggul lebar.
20.
jarak horizontal potongan sagital dada( chest
depth) didefinisikan sebagai jarak horizontal terjauh dari punggung sampai
bagian depan dad pada potongan sagital. Ukuran ini digunakan untukmenentukan
lebar minimum yang dibutuhkan pada ruangan kerja yang sempit. Selain itu,
ukuran ini digunakan untuk menentukan lebar minimum yang bibutuhkan pada
ruangan kerja yang sempit . selain itu, ukuran ini juga dapat berguna untuk
menentukan jarak permukaan depan punggung kursi dan hambatan dimukanya.
21.
jarak horizontal potongan sagital perut(
abdominanl depth) diddefinisikan sebai jarak horizontal terjauh dari pinggang
sampai bagian depan perut pada potongan digital. Ukuran ini digunaka untuk
menentukan jarak permukaan dimukannya.
22.
panjang bahu- siku (shoulder-elbow
length) didefinisikan sebagai jarak akromin sampai ujung jari dengan siku dan
pergelangan tangan yang lurus pada sikap duduk standar.
23.
panjang siku-ujung jari (elbow-fingertip
length) didefinisikan sebai jarak tonjolan siku sampaiujung jari tengah pada
sikap duduk standar. Ukuran ini digunakan untuk menentukan jarak jangkauan
lengan bawah pada desain tempat kerja yang nyaman.
24.
panjang lengan( upper limb length)
didefinisiskan sebagai jarak akromion sampai tonjolan sikap pada sikap berdiri
standar dengan siku dan pergelangan tangan lurus.
25.
panjang bahu-kepalan tangan
(shoulder-grip length) didefinisikan sebagai jarak akromion sampai pusat
kepalan tangan yang menggenggam objek dengan siku dan pergelangan tangan yang
lurus. Ukuran ini digunakan dengan standar panjang fungsional ekstremist atas,
biasanya untuk menentukan zonz jangkauan yang nyaman.
26.
panjang kepala (head height)
didefinisikan sebagai jarak horizontal antara glabela dan oksipital pada
potongan sagital kepala. Ukuran ini digunakan untuk titik referensi darri letak
mata (kira-kira 2 cm dibelakang glabella).
27.
lebar kepala (head-breadth)
didefinisikan sebagai lebar maksimal kepala, diukur dari sisi lateral kepala
diatas telinga. Ukuran ini digunakan untuk titik referensi lebar kepala,sampai
ketelinga ditamba 3,5 cm, untuk lebarruang kosong yang dibutuhkan dalam
biasannya ditamba 0 mm
28.
panjang tangan (hand-length)
didefinisikan sebagai panjang tangan yang diukur dari lekuk pergelangan tangan
sampai ujung distal jari tengah, dengan tangan yang dipertahankan lurus dan
kaku. Ukuran ini digunakan untuk referensi dalam mendesain pegangan peralatan
kerja yang digenggam.
29.
lebar lengan (hand-breadth)didefinisikan
sebagai jarak horizontal terjauh tengan,diukur dengan melitasi telapak tangan.
Ukuran ini digunakan untuk referensi dalam mendesain pegangan paralatan kerja
yang digenggam.
30.
panjang kaki(foot-length) didefinisikan sebagi
panjang kaki yang diukur dari punggung tumit sampai ujung distal jari kaki yang
terpanjang (jari ke-2). Ukuran ini digunakan untuk refernsi dalam mendesain
pedal.
31.
lebar kaki(foot-breadth) didefinisikan
sebagai jarak horizontal terjauh kaki, diukur dengn melitasi telapak kaki.
Ukuran inidigunakan untuk referensi dalam mendesain pedal, dan lain-lain.
32.
rentangan lengan dan tangan (span)
didefinisikan sebagai jarak horizontal terjauh kedua belah ujung jari tengah
bila lengan dan tangan direntangan maksimal. Ukuraan ini digunakan untuk
referensi jarak jangkauan lateral.
33.
rentangan siku (elbow-span) didefinisikan
sebai jarak horizontal terjauh kedua belah tonjol siku, bila lengan atas
direntangkan maksimal dan siku direfleksi maksimal sehingga ujung- ujung jari
menyentuh dada. Ukuran ini digunakan untuk referensi jarak ruang kosong dalam
lebar rentang siku.
34.
jangkauan veertikal berdiri (vertical
reach standing) didefinisikan sebai jarak tegak lurus yang paling tinggi dari
lantai sampai pusat kepalan standar. Ukuran ini digunakan untuk menentukan
tinggi maksimal posisi tombol-tombol control diatas kepala pada sikap berdiri
standar, sehingga individu yang pendek dapat mencapai tombol- tombol tersebut.
35.
jangkuan vertical duduk (vertical reach
sitting) didefinisikan sebagai jarak tegak lurus yang paling tinggi dari
permukaan tempat duduk sampai pusat kepalan tengan dari ekspremitas atas yang
diluruskan keatas pada sikap duduk standar. Ukuran ini digunakan untuk
menentukan tinggi maksimal posisi tombol-tombol control diatas kepala pada
sikap duduk standar, sehingga individu yang pendek dapat mencapai tombol-
tombol tersebut.
36.
jangkauan ke muka ( forward grib reach)
didefinisikan sebagai jarak horizontal ke muka paling jauh dari punggung bagian
belakang sampai pusat kepalan tangan dari ekstremitas atas yang diluruskan ke
muka pada sikap berdiri standar. Ukuran ini digunakan untuk menentukan
jangkauan maksimal posisi tombol- tombol control didepan tubuh pada sikap
berdiri standar, sehingga individu yang pendek dapat mencapai tombol- tombol
tersebut.
37.
jangkauan( reach) didefinisikan sebagai
dimensi kubah jangkauan di sekeliling operator, ukuran ini digunakan untuk
meletakan posisi dapat mengoprasikan tombol- tombol tersebut tanpa menjorokan
tubuhnya ke muka atau memutar batang
tubuhnya, sedang pada operator yang dalam sikap berdiri dapat mengoprasikan
tombol- tombol tersebut tanpamembungkuk, menengadah atau memiringkan/ memutar
batang tubuhnya, misalnya untuk mendesain kokpit pesawat terbang.
38.
lingkaran kepalan tangan(grip
circucumferencelgrip breadth) diukur dibagian dalam lingkaran kepalantangan
pada individu yang mengenggam kerycut, dengan jalan mrngukur lingkaran terbesar
kerujut yang dapat digenggam sehingga ujung ibu jari menyentuh ujung jari
tengah. Ukuran ini digunakan untuk menentukan ukuran liingkaran maksimal
pegangan peralatan kerja atau benda lain yang dikepal oleh telapak tangan.
Ukuran lingkaran pegangan peralatan kerja sebagainya dapat dipegang juga oleh
orang yang berukuran kecil sampai jempol dan jari-jarinya agar saling berselisihan.
ALAT
UKUR DAN METODE PELAPORAN DATA ANTOPOMETRI
a. Alat ukur
Alau
ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data antropologi
1.
Wall scale(ukuran tinggi badan dinding)
digunakan untuk mengukur tinggi badan dan bagian badan serta jangkauan vertical
dalam sikap berdiri atau sikap duduk standar.
2.
Antropometer digunakan untuk mengukur
tebal dan panjang bagian-bagian badan.
3.
Sliding caliper (jangka geser) digunakan
untuk mengukur tebal dan panjang/ lebar bagian badan yang lebih kecil.
4.
Cone (kerucut pengukur) digunakan untuk
mengukur rentang/keliling kepalan tangan.
5.
Goniometer digunakan untuk mengukur
sudut gerak fleksio/ekstensio serta deviasi ulnar- radial tangan.
b. Metode pelaporan pengukuran data
antropometri
Sumbu
tegak lurus adlah jumlah data individu dari masing- masing ukuran suatu dimensi
tubuh (x) yang digambarkan pada sumbu horizontal suatukurva parabola. Garis
tegak lurus yang ditarik dari punjak pusat parabola memotong garis tengah
menyatak angka rata-rata dari populasi ini (u), yang menjadi di kedua sisinya
dibagi menjadi3 tingkat standar deviasi (SD), sehingga populasi ini menjadi:
u- 3SD, u-2SD, u- 1SD, u, u+ 1SD,
u+ 2SD, u + 3SD
frekuensi distribusi dari suatu
populasi dapat juga menggunakan tabel statistic z, menjadi:
persentil
ke-1, ke- 5, ke-20, ke- 50, ke-80, ke-95, dan ke-99.
Misalnya pada distribusi pengukuran
tinggi badan, nilai persentil ke-5 berarti 5% dari populasi memiliki tinggi
badan yang sama atau lebih rendah dari padanya, sedang yang 95% lainnya tinggi.
c. Keterbatasan penggunaan data
antropometri pada desain produk
Pada populasi yang terseleksi,
misalnya militer, tidak ditemukan ukuran yang eksrtrim (misalnya pada dimensi
tinggi badan , terlalu tinggi atau terlalu randah), pola distribusinya lebih
sempit, dan berkumpul di tengah, berbeda dengan populasi umum yang lebih lebar.
Ras, orang asia memilikii ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan orng
eropa. Sikap baju dan perlengkapan lain yang dipakai selama pengukuran. Pada
penelitian, data antropometri diambil dalam sikap standar pengukuran dan hanya
memiliki celanadalam. Sedangka pada praktik produk, pengukuran pada masyarakat
industri sering kali dilaksanakandengan memakai baju dan perlengkapan
lain(sepatu tutup kepala) maka ukuran tersebut harus dikoreksi.
APLIKASI
PRINSIP ERGONOMI DITEMPAT KERJA
Aspek-aspek
psikologi, biomekanika, dan ergonomi berperan penting dalam perbaikan
peralatan, tempat, dan lingkungan kerja. Misalnya, bentuk pegangan dan berat
suatu peralatan kerja, posisi tubuh/lengan serta gerakan padasat bekerja,
penataan tempat kerja, perbaikan pencahayaan, pengendali kebisingan, kebersihan
tempat kerja. Oleh sebab itu, pemeliharaan toleransi biomekanika keja merupakan
hal yang esensial untuk mencapai prinsip- prinsip desain ergonomic yang baik,
guna mencega terjasdinnya stress fisik yang komulatif.
Ditempat
kerja, pekeja akan saling berinteraksidengan komponen- komponen system kerja
seperti organisasi, lingkungan, tempat kerja, jabatan, tugas kerja, desain
mesin, dan desain alat bantu kerja.
Pendekatan
praktis yang digunakan untuk mengaplikasikan prinsip- prinsip ergonomic ditempat
kerja adalah dengan pempertimbangkan keseimbangan dan keselarasan antara
pekerja dan komponen system kerja tersebut. Dengan mempertimbangkan
keterbatasan- keterbatasan yang ada pada pekerja, kondisi fisik, dan kebiasaan
kerja yang mengaplikasikan prinsip- prinsip ergonomic dapat mengurangi stress
fisik yang berlebihan dan tercapainnya penampilan yang optimal demi
terciptannya peningkatan produktivitas kerja, serta mengurangi kemungkinan
terjadinya gangguan musculoskeletal dan gangguan kesehan lain pada pekerja.
INTERAKSI
ANTARA TEMPAT KERJA DAN INDIVIDU PEKERJA
Pada prinsipnya, organisasi tempat kerja
adalah perencanaan koordinasi beberapa oeng pekerja berdasarkan Kelompok- Kelompok kerja dan hiearki tugas
kerja untuk mencapai tujuan bersama. Budaya organisasi tempat kerja yang sehat
sebagai prioritas utama dari salah satu kebijakan kerjannya. Budaya ini harus
didukung oleh berbagai pihak, antara lain:
1.
Budaya kerja yang tidak menuntut
produktifitas melebihi pertimbangan keselamatan kerja harus didukung oleh
manejer, misalnya dalam mengatur penjadwalan siklus istirahat, kerja lembur,
rotasi tugas kerja, dan lain- lain. Kebijakan organisasi yang menyokong konsep
keselamatan kerja, sangat memengaruhi penampilan kerja, misalnya:
a. Penjadwalan
waktu istirahat, kerja lembur, kerja shift malam, dan rotasi.
b. Pemeliharaan
mesin dan alat batu kerja secara berkala.
c. Pemeriksaan
kesehatan sebelum msuk kerja.
d. Pemeriksaan
kesehatan berkala.
e. Prosedur
kesempatan individu pekerja pada tempat kerja yang sesuaidengan kapasitas dan
kemampuannya.
f. Pelatihan
dan keselamatan kerja harus senantiasa menjadi prosedur rutin dalam program
kerja setiap Kelompok kerja.
2.
Pihak manejemen harus berupaya untuk
menumbuhkan adanya pola Komunikasi, proses pengambilan kebutusan, dan mekanisme
umpan- balik yang baik.
a. Menejemen
harus menberikan pelatihan dan mementau implementasi prosedur standar unruk
pekerjaan yang berbahaya.
b. Mesin
dan peralatan kerja harus diusahakan dapat cukup terjaga untuk tidak
membahayakan terhadap kesalahan operasi.
c. Prosedur
penjadwalan harus disesuaikan dengan kemungkinan timbulnya ketidakpasrtian dan
keterlambatan.
3.
Pekerja harus didikutsertakan dalam
perbaikan system kerja. Pekerja harus turut meminimalisasikan potensi kesalahan
operasi dengan menyingkirkan semua elemen yang dapat menyebabkan kegagalan atau
berulangnya kegaalan kerja mesin- mesin yang berportensi menimbulkan gangguan
keselamatam kerja.
INTERAKSI ANTARA LINGKUNGAN TEMPAT
KERJA DAN INDIVIDU PEKERJA
Faktor- faktor lingkungan di tempat
kerja seperti cuaca, temperature tempat kerja yang ekstrem, pencahayaan,
bising, bau- bauan, ventilasi, vibrasi, dan lain- lain dapat memengaruhi
penampilan dan produktifitas pekerja, yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
akibat kerja, terkadang memiliki gejala seperti penyakit umum lainnya, atau
dapat juga mencetuskan timbulnya penyakit umum lainnya, atau dapat juga
mencetuskan timbulnya penyakit umum yang memang diderita pekerja. Misalnya:
1.
Perubahan ventilasi dapat mengakibatkan
timbulnya sick building syndrome yang menyerupai penyakit influenza. Penyakit
tersebut sebenarnya merupakan penyakit sosiogenik , karena gangguan ini
timbulnya tanpa akibat berkurangnya kualitas udara dilingkungan kerja.
2.
Penyakit asma dapat dicetuskan atau
ditimbulkan oleh faktor- faktor lingkungan ditempat kerja.
3.
Temperator tempat kerja yang terlalu
panas atau terlalu dingin mengakibatkan sters barat untuk jaringa tubuh,
temperature yang terlalu dingin mengakibatkan terjadinya kontriks pembulu-
pembulu darah tepi, yang mengakibatkan berkurangnya sensitifitas, koordinasi
komponen- komponen tubuh dan fleksibilitas sehingga lebih rantan untuk
timbulnya cedera.
4.
Pejanan terhadap vibrasi terjadi akibat
pengunaan alat bantu genggam yang bergetar(segmental) atau mengenderai
kenderaan yang timbullnya stress terhadap tendo, otot-otot, sendi dan saraf
tepijari tangan dan lengan, sehingga dapat menimbulkan hilangnya rasa raba,
kesemutan dan timbulnya rasa nyeri pada saat menggengam. Vibrasi wholebody
memengaruhi hampir semua jaringan tubuh, terutama pada tulang belakang dan
medulla spinalis.
INTERAKSI
ANTARA TEMPAT KERJA DAN INDIVIDU PEKERJA
Lokasi ruang kerja(work place)
adalah area fisik tempat seorang pekerja melakukan aktifitas kerja. Tempat
kerja(work station) adalh lokasi ruang kerja serta bagian dari mesin dan
peralatan kerja, tempat seorang pekerja melakukan berbagai aktivitas kerja,
tempat pekerja menghabiskab seluruh atau sebagain hari kerjany, misalnya:
1.
Meja kerja dengan computer dan
kelengkapannya bagi seorang pekerja pemsok data computer.
2.
Meja kerja dan mikroskop bagi seseorang
pekerja laboratorium.
3.
Meja kerja, alat patri, dan peralatan
lainnya bagi seseorang pekerja parakitan elektronik.
Salah satu penyebab terjadinya stress
fisik akibat kerja adalah terjadi nya ketidaksesuaan ukuran- ukuran komponen
tempat kerja dengan pekerja sehingga mengharuskan pekerja dengan posisi sulit
seperti membungkuk, mengangkat lengan dan bahu terlalu tinggi, atau
aktivitas yang hanya dapat dilakukan
dengan satu tangan, dan lain- lain. Gangguan muskolekeletal sering kali terjadi
karena umumnya meja kerja, peralatan, dan mesin desain dengan ukuran yang lebih
besar( untuk pekerja yang rata- rata besar), agar dapat dipakai juga pada pekerja
yang lebih kecil. Prinsip ergonomic yang benarmengharuskan meja kerja yang
sesuai atau dapat disesuaikan dengan ukuran individu yang mengunakannya. Dalam
hal ini, data antropometri segman tubuh digunakan untuk menentukan jarak lolos bagian tubuh, sikap
yang nyaman, guna memastikan terjaminnya syarat- syarat kesehatan dan keselamatan kerja serta untuk
mengembangkan terciptanya keselarasan dan kenyamanan bekerja.
Aktifitas pekerja dalam melakukan
tugasnya juga harus diperhitungakan saat mendesain meja keja yang ergonomis,
misalnya:
1.
Bekerja diatas meja kerja yang terlalu
tinggi merupakan faktor resiko repatitife strain injuri, kerena terjadi abduksi
lengan atas disendi bahu, sehingga pergerakan tangan dalam bidang horizontal
disendi pergelangan tangan akan membutuhkan usaha tambahan dalam bentuk ayunan
disendi bahu.
2.
Bekerja diatas meja kerja yang terlalu
rendah merupakan faktor resiko low beck paint kerena pekerja harus membungkuk
untuk jangka waktu yang terlalu lama selama bekerja.
Berdasarkan tugas yang dilaksanakan
dikenal 3 jenis utama meja kerja, yaitu meja kerja duduk, berdiri, dan
kombinasi. Berikut ini penjelasa mengenai penggunaa ketiga jenis tersebut.
a. Seluruh
komponen pekerja dilaksanakan dalam siklus jangka pendek, dapat disuplai dengan
mudah, dan dapat dilaksanakan sambil duduk.
b. Tidak
ada komponen pekerja yang membutuhkan pergerakn tangan lebih dari 15 cm diatas
permukaan meja kerja.
c. Tidak
membutuhkan tenaga yang besar, misalnya mengangkat beban lebih dari 4,5 kg. misalnya
pada aktivitas perakitan dan mengetik/menulis
d. Meja
kerja yang memenuhi persyaratan untuk tugas ini ialah ukuran meja kerja yang
memungkinan pekerja untuk dapat menjangkau semua komponen pekerja di atas meja
tanpa membungkuk, mengecilkan badan, atau memutar badan terlalu jauh.
Meja
kerja berdiri cocok untuk kondisi berikut ini:
a.
Jika meja kerja tidak memiliki tidak
memiliki ruang untuk membongkokan lutut.
b.
Terdapat komponen pekerja yang
membutuhkan tenaga besar (>4,5 kg)
c.
Sering kali memerlukan jangkauan yang
tinggi, rendah, atau jauh dari permukaan tubuh.
d.
Banyak memerlukan aktivitas yang berpindah
tempat.
e.
Membutuhkan banyak aktivitas
membungkukkan badan, misalnya pada tugas-tugas membungkus mengikat, damn
mengemas barang.
f.
Persyaratan untuk meja kerja berdiri
bergantung pada tugas- tugas yang dilaksanakan, yaitu:
·
Pekerja yang memerlukan ketelitian,
seperti perakitan komponen elektronik, menulis, menggambar dan lain-lain,
posisi mata harus lebih dekat dengan objek yang dikerjakan, dan siku memerlukan
penyangga untuk mengurangi baban statis pada otot- otot punggung, maka tinggi
meja kerja sebaiknnya sedikit diatas ukuran tinggi sikupada saat berdiri (5- 10
cm di ats tinggi siku)
·
Pekerjaan yang memerlukan banyak gerakan
tangan, seperti merapikan, menempel, membungkus, mengemas produk, dan
lain-lain, memerlukan ruangan yang luas untuk peralatan,kantong/ tempat untuk
mengumpulkan produk, dan komponen- komponen kerja lainnya, membutuhhkan tinggi
meja kejasedikit dibawah ukuran tinggi siku pada saat berdiri (10-15 cm di
bawah tinngi siku).
·
Pekerjaan yang memerlukan tenaga kerja
yang besar, yang banyak mengunakan gerakan bagian atas tubuh seperti mengunkan
gerakan bagian atas tubuh sepertimengunakan palu, gergaji, bor, alat las, dan
lain-lain, membutuhkan tinggi meja kerja jauh dibawahukuran tinggi siku pada
saat berdiri (15-40 cm di bawah tinggi siku)
Meja kerja duduk/ berdiri (
kombinasi) cocok untuk kondisi berikut ini:
a.
Pekerjaan yang membutuhkan gerakan
tangan berulang-ulang
Dengan
jangkauan ke muka lebih dari 41 cm, dank e atas lebih dari 15 cm dari
permukaanmeja kerja.
b. pekerjaan dengan
tugas multiple, beberapa tugas lebih baik dilaksanakan secara duduk sedangakn
tugas lainnya sebaiknya dilakukan dengan berdiri.
INTERAKSI
ANTARA JABATAN DAN INDIVIDU PEKERJA
Dalm konteksi ini, jabatan diartikan
sebagai peranan individu pekerja dlam organisasi tempat kerja, meliputi
sejumlah tugas khusus yang dilaksanakan terus- menerus setiap hari kerja.
Sedangkan perencanaan beban tugas(job design) adalah program kerja yang
menciptakan peranan individu pekerja dalam organisasi agar dapat berinteraksi
secara sistematis dengan pekerja yang lain, dengan produk, serta tugas- tugas
pelayanan agar dapat mencapai tuntutan pekerjaan yang sesuai/ selaras dengan
kemampuan fisik dan mentalnya. Perencanaan tugas yang sesuai dengan prisip-
prinsip kesehatan dan keselamatan kerja,
maka perencanaan beban tugas harus seimbang dengan keterampilan, pengetahuan,
dan kemampuan fisik pekerja, serta
penyediaan system kerja, seperti peralatan, mesin- mesin dan prosedur kerja
yang memadai. Dengan demikian perencanaan tugas harus berdasarkan pada:
1.
Analisis tugas menurut aktivitas yang
membutuhkan pekerja, misalnya:
a. Analisis
biomekanika (gerakan bagian tubuh, jangkuan, kekuatan, daya tahan kecepatan, dan respons mekanik
terhadap stress fisik, tes tenaga, dan lain- lain) diperlukan untuk pekerjaan
dengan aktivitas mengangkat beban atau pengunaan tenaga fisik yang berat.
b. Audiogram
pada pekerja yang dilakukan ditempat bising dilakukan.
c. Tes
fungsi paru pada pekerjaan yang dilakukan di tempat yang berdebu.
2.
Pertimbangan tentang nilai ambang batas,
misalnya:
a. Aktifitas
menggangkat beban
b. Pekerjaan
yang menggunakan peralatan yang dapat menimbulkan vibrasi
c. Pekerjaan
yang menbutuhkan gerakan tangan secara berulang dan lain- lain.
3.
Pemeriksaan medis sebelumnya kerja dan
pemeriksaan medis untuk penugasan ditempat keja, terutama yang mengandung
resiku tinggi harus dilaksanakan dengan saksama.
KETERANGAN
KRITERIA KEMUDAHAN
1.
Baik :
a. Desain
kemasan boks optimal, memiliki pegangan atau lubang dengan desain yang optimal.
b. Kemasan
bukan boks, bagian yang bebas dari kemasan cukup longgar mudah dilipat untuk
pegangan.
2.
Cukup:
a. Desain
kemasan boks optimal, tetapi pegangan atau lubang kurang memenuhi syarat.
b. Kemasan
bukuan boks atau desain kemasan boks
yang kurang memenuhi syarat, sehingga saat menggenggam tangan harus
menekuk ke dalam sebesar 90 derajat.
3.
Buruk:
a. Desain
kemasan boks kurang memenuhi syarat, tidak memiliki pegangan atau lubang.
b. Kemasan
bukan boks atau beban dengan bentuk tidak beraturan, besar sekali atau sukar
untuk dipegang.
KETERANGAN
KRITERIA KEMASAN
1.
Desain kemasan boks optimal: panjang
frontal <40 cm, tinggi <30 cm, permukaan rata tidak licin, simetri, isi
stabil, dapat digenggam tanpa sarung
tangan.
2.
Desain pegangan optimal: diameter
1,9-3,8 cm, panjang >11,5 cm, besar lubang 5 cm, berbentuk
silinder,permukaan rata tidak licin.
3.
Desain lubang pegangan optimal: diameter
3,8 cm, panjang 11,5 cm, besar lubang 5 cm, berbentuk semi – oval, permukaan
rata tidak licin, tebal kemesan >1.1 cm.
MANUAL
MATERIAL HANDLING
Banyak jenis pekerjaan yang membutuhkan
aktivitas fisik yang berat seperti mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik,
melempar, menyokong, memindahkan beban atau memutar beban dengan tangan atau
bagian tubuh lain.
Aktifitas senacam ini sering
kali disebut dengan istilah manual
material handling. Laserasi, hematoma,fratur, kelelahan otot, dan cedera
muskolokeletal terutama pada tulang belakang, seperti nyeri pinggang(low back
paint), sering diderita pada jenis pekerjaan ini.
Nyeri pinggang akibat pekerjaan manual
material handling, 50% di antarannya diakibatkan oleh aktivitas menggkat beban
, 9% kerena mendorongdan menarik beban, 6% kerena menahan, melembar, memutar,
dan membawa beban.
Penelitan klein(1984) menyatakan bahwa
pekerja angkat beban, seperti tukang sampah, pekerja disektor konstruksi,
gudang, dan perawatan, mengajukan klaim asurasi kesehatan 10 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan pekerjaan dengan tenaga fisik yang lebih ringan. Kremer
(1973) menyatakan bahwa 20% angka absensi dan 50% pensiundini disektor industry
jerman barat diakibatkan oleh nyeri pinggang akibat keja. Oleh sebab itu,
masalah aktivitas angkat beban ini menjadi perhatian utma dalam program
kesehata.
ANATOMI DAN PATOFISIOLOGI CEDERA TULANG BELAKANG
Batang tubuh (kolomna vertebralis)
yang menyebabkan tubuh manusia dapat berdiri tegak, dibentuk oleh 32-33 ruas
tulang belakang (vertebrae), yang terdiri dari 5 ruas tulang leher (vertebra
servikasi), 12 ruas tulang punggung (vertebra torakalis), 5 ruas tulang
pinggang (vertebra lumbalis) yang saling terpisah satu sama lain oleh cakram
antar ruas (diskus intervetebralis), yang dibentuk oleh lapisan jaringan ikat
struktur, serta 5 ruas tulang tungging (vertebra sakralis) dan 3-4 ruas tulang
ekor ( vertebra sakralis) dan 3-4 ruas tulang ekor (vertebra koksigealisyang
telah bersatu menjadi sebuah tulang tungging ( os sacrum) pada saat lahir dan
sebuah tulang ekor(os koksigeus). Kolomna vertebralis berbentuk seperti huruf
s, di daerah punggung berbentu cekung, sedangjan di daerah pinggang cekung,
sedangkan di daerah pinggang cembung bentuknya. Bentuk seperti ini member
kemungkinan timbulnya elestasitas batang tubuh untuk menyerap gaya tekanan ke
bawah pada saat meloncat dan mengangkat beban.
Cakram antar- ruas mulai Nampak di
antara vertebra c2 dan c3 dan terakhir di antara vertebra L5 danS1 (os skrum)
jadi seluruhnya terdapat 23 buah cakram.
Faktor stress fisik pada manual
material handling
Beratnya sters fisik aktibat
aktivitas mengangkat beban bergantung pada beberapa faktor, yaitu:
1.
Perbperbedaan jenis kelamin
Sters
fisik akibat aktivitas mengangkat beban pada laki-laki dan perempuan disebabkan
adanya perbedaan karakteristik anatomi laki- laki dan perempuan, seperti:
a. Lekuk
sendi pangul permpuan terletak sedikit lebih ke muka dari garis tegak lurus,
yang melaluiposisi tegak lurus tulang belakangakan mengakibatkanstres
fisikakibat aktivitasmengangkat beban 15% lebih besar pada perempuan
dibandingkan laki- laki, karena pada
laki- lakilekuk sendi panggulnyaterletak dalam garis tegalk lurusdengan posisi
tegak lurus tulang belakang.
b. Tungkai
laki- laki relative lebih panjang dari pada tungkai wanita bila bila
dibqndingkan batang tubuhnya. Bila beban diangkat dengan cara meletakan di muka
lutut ( stoop lifting), stress fisik akibat aktivitas mengakat bebean pada
perempuan lebih besar dibandingkan laki- laki, sebaiknya untuk metode angkat
beban yang lain, stress fisiknya lebih kecil pada permpuan.
2.
Metode mengkat beban yang benar
a. Posisi
horizontal beban yang diangkat . dengan merapatkan beban yang diangkat sedekat
mungkin dengan permukaan tubuh, maka gaya komresi yang diderita oleh diskus
intervertebralis L5-S1 makin kecil.
b. Metode
mengangkat beban dari lantai. Bila beban diangkat dengan cara meletakannya di
antara kedua lutut yang terbuka (squat lifting) akan menghasilkan stress
biomekanika yang lebih kecil bila dibandingkan denga cara meletakannya di muka
lutut (stoop lifting). Akan tetapi, beban yang besar lebih sulut untuk
diangkat yang terbuka tidak akan cukup
untuk meletakan beban tersebut.
c. Membawa
beban kerja dengan melangkah ke samping. Terjadinya rotasi aksial sebesar 45
derajat atau refleksi fleksi lateral sebesar 20 derajat ternyata akan
meningkatkan tekanan inttradiskus. Oleh sebab itu, membawa beban dengan melangka
kesamping, akan menimbulkan memen gaya membongkok ke sisi lateral, yang sangat
memberatkan gaya komprasi pada diskus inbtervertebralis.
3.
Karesteristik beban yang diangkat
a. Besar
beban yang diangkat. Diskus
intervertebralis L5-S1 akan menanggung gaya komprasi yang lebih bila mengkat
beban yang bervolume lebih besar bila mengkat beban yang bervolume lebih besar
dibandingkan mengkat beban yang sama beratnya tetapi bervolume lebih kecil.
b. Bentuk dan karesteristik beban yang diangkat.
c. Distribusi
beban dan stabilitasi.
Beban yang tidak simetis/ tidak stabil akan memberikan stress makanik
yang lebih besar pada vertebrae lumbalis, karena pusat gaya berat beban akan
jatuh di luar pusat gaya berat batang tubuh, sehingga menimbulkan gaya tarikan
ke lateral pada batang tubuh, sehingga menimbulakan gaya tarikan ke leteral
padda batang tubuh, yang menimbuolkan gaya rotasi dari masing- masing pada
ventebra yang di dekatnya.
a.
Pegangan beban.
b.
Tingginya jarak angkatan
c.
Berat., frekuensi mengangkat, dan jarak
memindahkan beban.
PRIORITAS
PENGENDALIAN MANUAL MATERIAL HANDLING
A.
Prioritas 1 memperbaiki perencanaa tugas
kerja atau job redesign. Kempuan seorang yang ditugaska seseorang yang
ditugaskan untuk pekerjaan denga aktivitas mengangkat beban harys selaras
dengan keburuhan proporsi fisik tugas kerja, oleh kerenannya perlu dilaksanakan
pemeriksaan sebelum bekerja (preemployment examination) dan pemeriksaan untuk
penempatan tenaga kerja (preplecement examination) yang saksama . prosedur pemeriksaan:
1. Riwayat
penyakit.
2. Pemeriksaan
fisik.
3. Pemeriksaan
radiologi pada tulang pinggang.
4. Tes
kekuatan, merupakan pengukuran tenaga yang dikeluarkan oleh sekelompok otot-
otot statis dan dinamik.
a.
Tes kerja otot static (static/ isometric
strength test) untuk mengukur kerja sekelompok otot dengan menahan beban gaya
yang tak bergerak.
b.
Tes kerja otot
dinamik(dynamic/isokinetic strength test), merupakan tes yang lebihbaik dari
pada tes kerja otot statisk, dengan cara mengukur kerja Kelompok otot dengtan
menahan beban gaya yang bergerak konstan.
c.
Fleksibilitas kerja otot
d. Tes
jantung- paru( cardiopulmonary test) untuk menguk,ur kecepatan denyut jantung
dan kekuatan aerobic maksimum.
B. pioritas II memenfaatkan pengunaan peralatan
mekanisme angkat beban: lift table, lever hoist dan chain hoist, troleey , hand
truck dan fork- lift truck, dan conveyor.
C. prioritas III
(training). Pelatihan mengenai cara mengakat beban yang aman, perbaikan system
kerja, dan aplikasi teknologi baru untuk mengatasi penyimpangan perilaku dan
tugas kerja yang kurang memadai, harus dilaksanakan pada seluruh pekerja yang
ditugaskan untuk pekerjaan dengan aktivitas mengangkat beban.
Prasyaratan
angkat beban yang aman (ayoub and mital, 1980):
1. Kurangi
beban yang diangkat ( dikemas denga kemasan yang lebih kecil)
2. Angkat
beban bersama untuk bebean yang besar atau lebih berat
3. Gaya
angakatb beban benar
4. Ubah
metode angkat beban( menarik/ mendorong lebih ringan dari pada membawa)
5. Kurangi
jarak membawa beban ( ubahlah menjadi beberapa jarak yang lebih dekat dari pada 1 kali jarak yang
jauh)
6. Tinggi
angkatan tidak lebih dari bahu
7. Beban
yang berat pada tinggi kepalan tangan.
8. Kurangi
frekuensi mengkat beban
9. Peride
istirahat yang cukup.
10. Rotasi
tugas
11. Buat kemasan dengan pegangan yang memadai.
INTERAKSI
ANTARA TUGAS KERJA DAN INDIVIDU PEKERJA.
Tugas kerja adalah
sejumlah aktivitas yang dibebankan pada pekerja guna tercapainya penyelesaian
tujuan fungsional khusus dari keseluruhan system kerja. Setiap tugas kerja
terdiri dari sederatan elemen pekerjaan, misalnya memantau objek kerja( melihat
dengan mata atau meraba dengan tangan).
Demi tercapainya
penampilan kerja yang optimal dari seorang individu, hatus dilakukan hal- hal
berikut ini:
1.
Pada pekerja dengan aktivitas mengkat
beban. Dibutuhkan upaya untuk mengurangi berat beban yang diangkat,
jarakpemindahan barang, gerakan membungkuk, memutar beban, jangkauan yang jauh,
pengunaan peralatan mekanik dalam mengakat beban, dan lain- lain.
2.
Pada pekerja pergerajkan tangan
berulang, dibutuhkan uupayauntuk mengurangi kecepatan proses keja, modifikasi
alt bantu kerja, penyesuaian tinggi meja kerja, dan lain- lain.
3.
Pekerjaan tertentu membutuhkan posisi
tubuh dan ekstremitasi yang tepat.
a. Jangan
bekerja dengan posisi tangan yang jangkal, tetapi pertahankan dalamposisi yang
lurus.
b. Optimalkan
konfigurasi tulang belulang.
c. Kurangi
gerakan kepala yang berlebihan.
INTERAKSI
ANTARA DESAIN MESIN DAN INDIVIDU PEKERJA.
Pelaksanaan tugas
secara manual oleh pekerja umumnya sangat melakukan dan kurang produktif, maka
pengunaan mesin di tempat kerja akan sangat membantu kelancaran, kecepatan, dan
efesiensi pekerjaan.
Desain mesin yang baik harus
memenuhi prinsip- prinsip dasar sebagai berikut:
1.
Tampilan dan tombol- tombol pengator
harus berguna, mudah dimengeri, mudah dilihat, dan mudah dibaca.
2.
Memiliki tanda bahaya/alarm yang mudah
menarik perhatian.
3.
Dapat dikunci, sehingga tidak semua
orang dapat menghidupkan mesin.
4.
Memiliki system” failsafe”, sehingga
mesin tersebut akan berhenti sendiri bila terjadi kesalahan yang dilakukan oleh
pekerja dalam mengoprasikan mesin tersebut.
Interaksi
antara alat bantu/ peralatan kerja dan individu pekerja.
Peralatan kerja adalah bantu kerja genggam guna memperpanjang jangkauan.
Memperbesar kekuatan atau meningkatkan efektivitas tugas beberapa persyaratan
yang di butuhkan dalam desain alat bantu kerja untuk mencapai pemeliharaan
toleransi biomekanika kerja otot yang optimal, yaitu:
1.
Pegangan alat bantu genggam harus
memiliki ketebalan, ukuran, dan bentuk yang cocok dengan pekerja.
2.
Alat bantu genggam harus sering mungkin
yang ringan akan lebih mudah digunakan dan dapat memperlambat kelelahan.
3.
Pertahankan sendi bahu dalam posisi yang
cukup rendah. Abduksi lengan atas pada sendi bahu tanpa penyokong dalam waktu
yang cukup lama akan mengakibatkan rasa cepat lelah. Misalnya, bekerja dengan
alat bantu genggam yang lurus (solder, las, dan lain-lain) pada meja kerja
horinzontal akan merasa cepat lelah, karena bahu harus di angkat ke atas dan
tangan dalam posisi deviasi ulnar. Dengan cara membengkokkan ujung solder/las
kira-kira 90 derajat, sendi siku dapat diletakkan sejajar dengan meja kerja,
bahu dapat diturunkan dan posisi tangan menjadi netral.
4.
Alat bantu genggam harus terpegang cukup
kuat. Alat bantu yang berat akan membuat cepat lelah dan dapat terlepas waktu
digunakan.dengan mendesain alur-alur pada pegangan alat bantu genggam, dan dan
menyesuaikan diameter pegangan dengan ukuran tangan pekerja, atau menambah
pegangan untuk tangan yang lain sebagai stabilisator, maka alat bantu genggam
dapat di pegang kuat-kuat.
5.
Buat perisai pada alat bantu genggam
yang dapat menjepit atau melukai kulit. Gunting yang di beri bantalan pada
kedua pegangannya dapat mencegah terjepitnya jari-jari tangan.
6.
Jangan
membuat tombol/swit yang hanya dioperasikan dengan satu atau beberapa ujung
jari. Melakukan penekanan dengan satu atau beberapa ujung jari berulang-ulang
untuk jangka yang lama akan mengakibatkan rasa lelah dan rasa kaku pada
jari-jari tangan.
7.
Kurangi kompresi pada jaringan tubuh.
Ujung pegangan peralatan kerja (mis.,kape penggaruk sisa-sisa cat tembok) yang
kurang memadai dapat menekan. Ulnaris yang terletak di pangkal pergelangan
tangan, sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri dan kesemutan di jari manisdan
kelingking.
PENYAKIT MUSKULOSKELETAL AKIBAT
KERJA
Nyeri Pinggang
Nyeri pinggang (low back pain) adalah keluhan rasa nyeri, ketegangan otot, atau
rasa kaku di daerah pinggang yaitu dipinggir bawah iga sampai lipatan bawah
bokong (plica glutea inferior), dengan
atau tanpa disertai penjalaran rasa nyeri kedaerah tungkai (sciatica). Penyakit
ini dapat terjadi akibat stress fisik yang berlebihan pada sumsum tulang
belakang yang normal, atau stress fisik yang normal pada sumsum tulang belakang
yang abnormal.
Nyeri
pinggang nonspesifik merupakan penyakit yang sangat sering terjadi di
masyarakat umum, prevalensinya kedua terbanyak setelah penyakit influenza.
Lebih dari 85% individu perna menderita nyeri pinggang selama hidupnya,
terutama di sektor industri. Menurut US National Safety Council (1981), 25%
dari semua gangguan kesehatan di sektor industry diakibatkan oleh nyeri
pinggang, dan penyakit ini juga bertanggung jawab atas hilangnya 12 juta hari
kerja/tahun dan terbuangnya dana US $1 milyar per tahun.
Etiologi
Umumnya nyeri pinggang nonspesifik
disebabkan oleh masalah pekerjaan berat yang berhubungan dengan manual material handling, seperti
mengangkat, menurunkan, mendorong, dan menarik beban yang berat, juga berkaitan
dengan sering atau lamanya membengkokan badan, membungkuk, duduk, dan berdiri
terlalu lama atau postur batang tubuh lainnya yang janggal. Faktor
fsikososisl di lingkungan pekerjaan,
faktor resiko individual, seperti tinggi dan berat badan berlebihan, laki-laki,
usi tua, kurangnya olahraga, merokok, pengetahuan sikap kerja merupakan faktor
risiko untuk terjadinya nyeri pinggang.
Jenis nyeri pinggang nonspesifik
Berdasarkan
kelainan organik yang melatarbelakangi kasus ini, maka nyeri pinggang
nonspesifik dapat dibedakan menjadi beberapa diagnosis penyakit, yaitu:
1.
Low back strain (nyeri torakolumbal
menahun)
Oleh
karena lokasi pusat massa tubuh terletak sedikit di sebelah muka dari lokasi
diskus intervertebralis L5-S1, walaupun tanpa membawa beban, posisi tubuh
cenderung akan selalu jatuh ke muka. Dengan demikian untuk sacrospinalis, mm.
glutealis, dan otot-otot hamstring harus berkontraksi. Pada pekerjaan dengan
aktivitas fisik yang berat, cedera otot dapat terjadi kerena kontraksi
otot-otot tersebut menjadi sangat berlebihan dalam jangka waktu yang lama.
2.
Discogenik pain
Pada
saat mengangkat beban, vertebra lumbalis digunakan pengungkit, maka kontraksi
otot-otot punggung dan bokong akan menciptakan stress kompresi atau stress
putaran pada cakram atau ruas, terutama di sekitar diskus intervertebralis
L5-S1. Stress tersebut dapat mengakibatkan robeknya annulus fibrosus, hingga
terjadi hernia nucleus pulposus yang dapat mencetuskan timbulnya nyeri
neurologic (neurogenik pain) sangat
jarang tetapi kasus ringan sebelum terjadinya kelainan ini cukup sering
terjadi. Misalnya, peregangan atau robeknya bagian luar annulus fibrosus,
dan/atau ligamentum logitudinalis posterior, serta proses degenerasi permukaan
sendi intervertebra, yang mengakibatkan terjadinya perangsangan serabut halus
saraf senspinggang, yang disebut nyeri mekanik atauorik tanpa myelin yang terdapat di tempat-tempat tersebut,
dapat menimbulkan keluhan rasa nyeri discogenik
pain.
3.
Hernia nucleus pulposus
Pada
kasus ini yang lebih berat, cedera cakram antar-ruas akan mengakibatkan
degenerasi annulus fibrosus akibat robekan miltipel atau robekan tunggal annulus fibrosus. Robekan dapat
berpola marginal, tangengsial, atau radial, tetapi untungnya robekan tersebut
biasanya dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi, proses degenerasi robekan
pada nucleus pulposus dimanifestasikan sebagai dehidrasi atau fagmentasi
menjadi sektrum, yang konsistensinya berubah dari seperti danging kepiting
menjadi lunak bercampur gas.
4.
Sindrom sakroiliaka
Bila
dilihat dari belakang, posisi os sacrum tampaknya sangat trategis sebagai
tulang pengunci lengkung panggul, karena beban dari atas akan disalurkan ke
linea inominata sampai ke caput femoris. Namun, dilihat dari atas, ternyata
posisi os sacrum yang berbentuk seperti trapezium.
Pada
sindrom sakroiliaka, pergeseran os sacrum ke muka mengakibatkan regangan
ligamentum pengikat os sacrum, yaitu lig. Sakroiskhiadikum dan lig.
Sakrotuberosum sehingga menimbulkan rasa nyeri yang menyebar dari art.
Sakroiliaka ke pinggang dan paha bagian belakang secara mendadak.
5.
Facet joint syndrome
Posisi
art. Intervetebralis yang membentuk sudut 450 dengan bidang
horizontal, pada posisi tegak, mengakibatkan kedua permukaan sendi ini akan
menderita beban yang berat, akibat beban tekanan. Pada degenerasi cakram antar
ruas, jarak antara kedua vertebrae menyempit, sehingga beban pada permukaan
sendi art. Intervetebralis bertambah, rongga sendi menyempit, terjadi gesekan
permukaan sendi yang berulang dan memudahkan timbulnya osteoarthritis pada
sendi tersebut sehingga menimbulkan rasa nyeri di pinggang.
Diagnosis penyakit
Pertanyaan
berikut ini harus diajukan:
1.
Awitan (kapan mulai terjadinya)
2.
Lama serangan (berapa lama rasa nyeri
timbul)
3.
Frekuensi (penyakit ini timbul untuk
yang keberapa kali). Law back pain merupakan penyakit yang sering kambuh,
biasanya gangguan rasa nyeri timbul semakin sering dan intensitasnya semakin
berat.
4.
Lokasi rasa nyeri. Gangguan rasa nyeri unilateral/bilateral,
timbil pada area punggung bagian bawah (pinggang) yaitu daerah bagian dorsal
punggung yang terletak di antara tepi bawah iga ke-2 sampai tepi atas Krista
iliaka.
5.
Penyebaran rasa nyeri. Rasa nyeri sering
kali menyebar ke tungkai ipsilateral sesuai dengan ular nervus iskhiadikus.
6.
Provokasi (aktivitas yang
mencetuskan/memperberat rasa nyeri).
7.
Aleviasi (aktivitas/sikap yang dapat
mengurangi rasa nyeri)
Penatalaksanaan
Sangat dibutuhkan bed rest
total atau setidaknya mengurangi aktivitas yang mencetus timbulnya rasa nyeri
pada kasus low back pain akut. Pemberian medikamentosa dengan analgesik atau
OAINS (NSAID), kadangkala juga perlu
ditambahkan kortikosteroid (lebik baik dengan perenteral). Perbedahan pada
kasus hernia nucleus pulposus kadang-kadang diperluka, tetepi biasanya hasilnya
hanya untuk jangka pendek, maka pengobatan konservatif dan tindakan pencegahan
masih menjadi pilihan utama pada piñatalaksanaan nyeri pinggang.
Pencegahan
Pengarahan yang bijaksana untuk
mencegah timbulnya gejala penyakit ini merupakan keharusan bagi seluruh
pekerjaan manual material handling. Semua pekerja yang melakukan tugas manual
material handling harus dilatih tentang biomekanika tubuh, metode, dan bahaya
kerja dan mengangkat beban. Tes kekuatan pun perlu dilaksanakan, terutama saat
penerimaan pekerja baru. Selain itu, pekerja wajib melaporkan setip gangguan
nyeripunggung yang mereka rasakan, agar dapat dilakukan tindakan evaluasi medis
dini guna mengurangi terjadinya gangguan kesehatan yang lebih berat dan
bersifat permanen.
Occupational Overuse Syndrome
Rasa nyeri di daerah leher, bagian
atas punggung, bahu, lengan atau tangan, merupakan gejala yang sering di
rasakan oleh pekerja. Biasanya mulai dari suatu tempat tertentu yang dapat
menyebar keseluruh anggota tubuh bagian atas,kadang-kadang diikuti gangguan
sensibilitas. Gengguan kesehatan yang diakibatkan oleh ancaman bahayakerja
argonomi iniumumnya dikenal sebagai
Occupational Overuse Syndrome (OOS) atau repetilive strain injuries (RSI)
Keluhan
penyakit ini biasanya berkepanjangan sehingga dapat menimbulkan kecacatan, dan
mengakibatkan berkurangnya keterampilan untuk melaksanakan pekerjaan,
menurutnya produktivitas kerja, pemborosan dan tingginya angka absensi.
Dilaporkan bahwa 1/3 dana tuntutan asuransi kesehatan disektor industry amerika
berasal dari OOS, laporan lain menyatakan bahwa angka absensi akibat kelainan
ini mencapai 8% dari seluruh populasi tenaga kerja di belanda.
Etiologi
Faktor
penyebab yang dapat mengakibatkan berkembangnya penyakit ini, antara lain:
1.
Sikap kerja.
2.
S ifat dasar pekerjaan.
3.
Faktor psikologis.
Akibat
pajanan bahaya kerja ini sangat bergantung pada intensitas dan lamanya
pekerjaan berlangsung, frekuensi gerakan alat bantu, cakupan waktu istrahat
ada/ tidaknya vibrasi pada tangan /lengan, suhu lingkungan yang dingin,
penggunaan sarung tangan yang sempit, aktivitas mengangkat beban, dan tehnik
kerja yang kurang memadai.
Gambaran klinis
1.
Gejala subjektif
a. Timbilnya
rasa nyeri hebat, atau rasa menusuk atau terbakar yang dicetuskan oleh gerakan
lengan atau milai dirasakan pada pada saat istrahat.
b. Paraestesia
yang sering diikuti disaestesia (rasa kesemutan, mati rasa, rasa berat, rasa
tertusuk-tusuk, rasa lemah, dan rasa lelah) serta rasa dingin di bagian
tertentu ekstremitas.
c. Rasa
nyeri tekan atau rasa kram dilokasi timbulnya rasa nyeri.
d. Terhambatnya
gerakan akibat rasa nyeri regional (pada leher/bahu).
e. Biasanya
rasa nyeri bertambah berat dengan adanya stress mental, sebaiknya berkurang
pada saat liburan, atau istrahat panjang.
2.
Gejala objektif. Meskipun sebagian besar
penderita penyakit ini mengeluhkan rasa nyeri regional yang hilang
timbul/menetap yang hebat, kadang-kadang ditemukan tanda-tanda klinis berikut
ini:
a. Rasa
nyeri tekan pada palpasi di lokasi timbulnya rasa nyeri.
b. Keterbatasan
gerak fleksi/ekstensi sendi leher, abdukasi/elevasi sendi bahu.
c. Tes
provokatif menunjukan hasil positif ketika menahan sikap fleksi/ekstensi sendi
leher, tes penekanan pleksus brakhialis elvey, tes impingement Neer dan tes
impingement hawkin & Kennedy pada kasus-kasus rotator cuff tendinitis, tes
menggantungkan beban lengan, tes peregangan.
d. Tes
finkelstein menunjukan hasil positif palsu (false positive) pada
terperangkapnya komponen sensoris n. radialis.
e. Perubahan
sensibilitas (syndrome hipoestesia, alodinal, hiperalgesia, hiperpatia).
f. Feomena
vasomotor rasa dingin, sianosis/kepucatan di daerah rasa nyeri.
Klasifikasi penyakit
Berdasarkan
beratnya gambaran klinis, The Occupational Repetitition Strain Injuries
Advisory Committee (Australia, 1984) mengklasifikasikan penyakit ini dalam 3
derajat, yaitu:
1.
Derajat 1. Timbilnya kumpulan gejala
regional dalam bentuk rasa nyeri dan rasa lelah yang hebat dirasakan selama
bekerja, tetapi hilang pada saat tidur malam atau pada saat libur.
2.
Derajat 2. Gejala sering kali timbul
waktu malam dan sampai mengganggu tidur malam. Selain itu, terkadang dapat
ditemukan kelainan fisik.biasanya penampilan kerja akan menurun, terutama untuk
melakukan pekerjaan dengan gerakan berulang-ulang seperti para pekerja
perakitan peralatan elektronik, maupun bekerja dalam posisi yang janggal/kurang
nyaman.
3.
Derajat 3. Gejala tetap timbul waktu
malam maupun istirahat/ libur. Pekerja yang ringan, tanpa gerakan berulang-
ulngamaupun posisi kerja yang jangkaldapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat
serta keluhan- keluhan lainnya.
Pathogenesis
dan diagnosis penyakit
Masih terdapat banyak perdebatan banyak perdebatan tentang pathogenesis
OSS. Hanya sebagian kecil yang memiliki tanpa- tanpa kelainan orgenik yang
jelas, sebagian besar kasus umumnya tidak ditemukan kelainan apapun, tetapi
ternyata juga dapat berkembang menjadi
kasus- kasus yang berat dan menahin.
Kendati demikian, OSS meliputi
beberapa jenis kasus mialgia dengan
gambaran klinis yang kurangb spesifik, tetapitension memberikan gambaran histopatogenesis tanda-
tanda kerusakan otot yang jelas seperti pada kasus. Cervical syndrum, tension
neck/myofacial pain syndrome, shoulder
capsulitis( frozen shoulder), occupational cramps(craft palsies), dan
non-specifik diffuce upper limp pain.
1.
Cedera otot (mialgia)
a. Tension
neck/myofacial paint syndrome. Rasa nyeri dan rasa kaku pada leher akibat
spasma otot- otot leher akan menghambat
gerak leher (tidak bisa menoleh) kadang-kadang , rasa tersebut menyebar ke
daerah bahu, punggung, lengan dan tangan
Tension neck syndrome, sering kali timbul pada:
·
Pekerjaan yang mengharuskan pekerja
untuk mempertahankan posisi ekstensi dan rotasi leher yang ekstrim untuk jangka
yang panjang, misalnya mengganti bola lampu dan mengecet plapon.
·
Pekerja yang memenggul beban berat di
bahunya, sehingga rhomboidea dan m. levayor scapula, harus menahan yang berat
untuk janglka yang lama, misalnya kuli panggul, kameraman, pekerja- pekerja di
rumah pemotongan hewan.
·
Pekerja yang harus mempertahankan posisi
menjempit objek di antara bahu dan telinga, misalnya pemain biola dan
resepsionis.
·
Pekerja yang membawa beban berat di
kepalanya, yang dapat mengakibatkan robeknya diskus pleksus brakkhialis
terjepit.
·
Pekerja yang mengharuskan lengan, tangan
dan mata terfokus pada objek yang letaknya beberapa cm di atas meja kerja,
misalnya tukang jahit dan microsopist.
b. Pseudo-angina
pectoris. Timbulnya rasa nyeri di dinding dada sebelah kiri yang menyebar ke
lengan kiri, tidak semata- mata diakibatkan oleh kasus insufisiensikoroner
tetapi dapat juga terjadi akibat m. pektoralis mayoe kiri yang terlalu kuat
untuk jangka lama.
2.
Inflasi sarung tendo (tenosinovitas/
tenovaginitis)
Tenosinovitas
adlah proses peradangan sarung tendo serta jaringan –jaringan di sekitarmya,
sedangkan tendonya sendiri relative tidak terpengaruh. Misalnya, pekerja perakitan produk- prodek
industry,juru ketik, operator pemasok data computer, pengrajin kerajinan
tangan, tukang daging, pekerja ibu rumah tangga seperti mengepel, memasak, dan
merajut pakaian.
a. deQuervaint’s
disease. De quervaint’s disease merupakan
sejenis tenosinovitas khas yang mengenai sarung 2 buah tendo di
pergelangan tangan yang ekstensor pollisis brevis.
b. Carpal
tunnel syndrome. Tenosinovitas/ tenovaginitis/ sinovitas yangmengenai sarung
tendo otot- otot fleksor lengan bawah, yang membawa, yang melalui terowongan di
bawah ligamentum transversum bagian vental pergelangan tangan, sehingga menjepi
n. medianus yang berjalan bersanma tendo- tendo tersebut.
Gejala dini penyakit ini adalah mati
rasa dan kesemutan di ibu jari, telunjuk, dan jari tengah, yang sering kali
membangunkan pasien pada saat tidur malam.
3.
Inflamasi tendo (tendinitis)
Tendinitis
dan peritendinitis adlah proses peradangan jaringan tendo dan sekitarnya yang
akhirnya akan menimbulkan proses penebalan tendo. Proses ini biasanya akan
menimbulkan situasi penguncian gerakan sendi sekitar tendo tersebut, sehingga
dapat menimbulkan gejala rasa nyeri, penghambatan gerkan, rasa nyeri tekan di
tempat penebalan tendo tersebut.
a. Rotator
cuff tendinitis. Rotator cuff tendinitis atau humeral tendinitis adalah
peradangan tendo dan bursa subakromial sekolompok ,otot- otot rotator yang
berorigo di scapula(supraspinatus, infraspinatus, supskapularis, dan teres
minor).
b. Bicipital
tendinitis. Rasa nyeri yang intrmitten pada bahu, dan akan bertembah nyeri jika
lengan diangkat, dapat juga mengindikasikan biicipital tendinitis, karena
terjadi peradangan tendo caput longum m. biseps brakii dalam sulkus bisipital
dalam sulkus bisipitalis dalam alur tersebut.
c. Epinkondilitis.
Otot- otot fleksor dan ekstensor lengan bawah serta jari berorigo melalui
sebuah ligamentum secara kolektif pada lateral dan medial.
4.
Inflamasi bursa( bursitis)
Bursa
adalah kantong berisi cairan yang terletak di antara otot/ tendo dengan
tonjolan tulang tempat melekatnya tendo, gunanya untuk mencegah gesekan pada
saat kontraksi otot.
a. Bursitis.
Bursitis siku akibat proses friksi mekanis bursa olekranon.
b. Ganglion/kista
ganglionik, merupakan salah satu bentuk anggur, akibat pengumpulan cairan di
kantong- kantong bursa pada punggung pergelangan tangan dan tangan, yang
terdapat pada insersio otot- otot ekstensor lengan dan jari.
5.
Inflamasi kapsula sendi
Shoulder
capsulitis/ frozen shulder/perikapsulitis adalah peredanagn difus pada kapsula
sendi glenohumeral, sehingga terjadi pelekatan pada tulang dan jaringan
sekitarnya.
6.
Terperangakapnya saraf tepi/penyumbatan
pembulu darah
a. Terperangkapnya
n. ulnaris. N. ulnaris yang berjalan di sulkus n. ulnaris bagian belakang
epikondilus medialis, dapat terjepit karena terjadinya konstriksi aponeurosis
m. fleksor carpi ulnaris.
b. Thoracic
outlet syndrome. Terjadinya kompresi a. supklavia dan radiks pleksus brakialis
(terutama radiksi c8 dan t1) di daerah leher.
c. Hypothener
hammer syindrome. Tekanan berulan untuk jangaka waktu yang lama karena ujung
pegangan palu pada daerah hipotener tangan, mengakibatkan cedera a. ulnaris di
terowongan guyon.
Pengobatan
Untuk
kasus akut, satu- satunya pengobatan yang terbaik adalah dengan mengurangi
aktivitas fisik pada anggota tubuh bagian atas yang sakit. Sedangkan untuk
kasus yang menahun, diperlukan terapi denag cara menggerakan lengan yang sakit
tanpa/ dengan beban dengan meningkatkan kecepatan dan durasi secara perlahan-
lahan terapi ini harus dilakukan dibawah pengawasan petugas medis
Tindakan
pencegahan
Tindakan
pencegahan merupakan penanggulangan repetitive strain injuri yang paling
penting dilakukan. Redesain tugas kerja untuk mengurangi stress fisik terhadap
alat bantu para pekerja harus dilaksanakan secara menyeluruh. Selanjutnya
diperlukan intervensi ergonomic yang memadai, seperti:
1.
Memperbaiki lingkungan kerja, peralatan,
dan organisasi tugas kerja menurut prinsif-prinsif ergonomic, seperti perubahan
tinggi meja kerja, tempat duduk, desain mesin dan peralatan kerja, banyaknya
frekuensi dan variasi gerakan yang dilakukan agar sesuai dengan kapasitas fisik
dan mental para pekerja.
2.
Memperbaiki variasi untuk tugas-tugas
yang beresiko menimbulkan penyakit ini. Sedapat mingkin, dalam setiap pekerjaan
harus terdapat kombinasi antara pekerjaan dengan gerakan berulang/posisi tugas
yang kurang nyaman dengan pekerjaan lain yang dapat memberikan istirahat bagi
otot-otot yang mengalami kelelahan.
Hand arm vibration syndrome
Hand arm vibration syndrome (HAVS)
adalah gangguan kesehatan akibat kerja karena penggunaan alat bantu genggam
yang menimbulkan vibrasi dalam jangka waktu yang lama, seperti gergaji listrik,
gerinda, bor bertenaga listrik atau tekanan udara, palu pemecah batu, dan
lain-lain.
Hand
arm vibration syndrome (VAVS) merupaka fenomena yang kompleks dan
patofisiologinya masi belum banyak diketahui secara pasti,umumnya diduga
terjadi kerusakan syaraf tepid an lapisan otot-otot halus pembuluh darah
tangan. Sindroma ini ditandai dengan memucatnya ujung-ujung jari tangan
disertai rasa kesemutan dan baal/mati rasa akibat penggunaan alat bantu genggam
yang menimbulkan vibrasi dalam jangka waktu yang lama.
gejala klinis
fenomena raynaud merupakan gejala
yang khas pada penderita HAVS penderita akan mengalami baal/mati rasa dan
kesemutan pada ujung-ujung jari setelah terpapar oleh rasa dingin atau vibrasi,
kekuatan memegang berkurang, timbul rasa sakit dianggota tubuh
(lengan/tungkai).
Patofisiologi
Sampai saat ini, etiologi HAVS belum
dapat dijelaskan dengan memuaskan. Dulu,diduga rasa dingin yang hebat atau
vibrasi yang bagian tangan akan mengakibatkan terjadinya spasme. Digitalis yang
mendarahi ujung saraf simpatis jari-jari tangan, sehingga menyebabkan pucatnya
jari-jari tangan tersebut.
Diagnosis
Riwayat penyakit dan pekerjaan
merupakan komponen yang paling penting pada diagnosis HAVS.
Untuk membantu menilai sensivitas
dan sfesifikasi vascular dapat dilakukan tes adson (rotasi leher) dan tes Allen
(kompresi pergelangan tangan ulnar dan radial).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Antropometri
adalah ilmu yang berhubungan dengan
pengukuran dimensi dan
karakteristik tubuh lainya seperti volume, pusat grativisi dan masa segmen
tubuh manusia .
Saran
Di
dalam setiap kekerjaan pasti memiliki karakteristik bahaya masing masing ,
untuk itu kita harus berhati hati, dan
mengunakan alat pelindung diri sesuai dengan standar keamanan tempat kerja
tersebut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar